Saturday 25 June 2016

TEORI KEPRIBADIAN ADLER (PSIKOLOGI INDIVIDUAL)



RESUME
TEORI KEPRIBADIAN ADLER (PSIKOLOGI INDIVIDUAL)

A.    BIOGRAFI ADLER
Dalam Olson (2013) dijelaskan bahwa Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler  merupakan anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun 1895.
Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik dokter umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain  dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia mengembangkan kosep tentang inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia bergabung dengan kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada Adler menghantar dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic Society) dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud dipercaya   untuk memimpin organisasi psikoanalisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan  Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai titik temu kemudian ditindaklanjuti dengan perdebatan antara pendukung kedua tokoh tersebut yang berakhir dengan keluarnya Adler bersama 9 orang pendukungnya dari organisasi psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan organisasi yang mereka beri nama The Society for Free Psychoanalysis pada tahun 1911 dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The Society for Individual Psychology.
Psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar pemikiran dari teori psikologi individual.

B.     PRINSIP-PRINSIP TEORI ADLER
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir, perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Biscof (1970) menyatakan bahwa ada tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1.      Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain.
Berkenaan dengan perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2.      Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang lain.
3.      Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)
Usaha individu untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi. Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self) itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas, untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Gaya hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut.
Gaya hidup seseorang sering menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai manusia.
4.      Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup.
5.      Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik.
6.      Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun Adler mengakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu sendiri.
Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semu karena dibuat amat ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia.
7.      Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)
Setelah melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua. Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior.
C.     KONSEP-KONSEP TEORI ADLER
Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas . Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar teori psikologi individual dengan psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Perasaan tidak mampu atau rasa rendah diri, berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ fisik, anak yang dimanja, anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang berlebihan sehingga menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Konsep utama dari teori psikologi individual yang benar-benar berbicara tentang diri atau self, yang mana hal itu yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat dari gaya hidup masing-masing individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada pengembangan diri individu. Masalah yang paling sering dialami adalah masalah kepercayaan diri (konsep diri). Pembentukan konsep diri ini dimulai sejak usia empat dan lima tahun pertama.

Striving for Superiority, or Perfection
Striving for superiority adalah suatu usaha terus menerus untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi lebih dekat dengan tujuan yang ingin dia capai. Adler menggambarkan striving for superiority sebagai dasar fundamental dari kehidupan dan bukan usaha untuk menjadi lebih baik dari orang lain, atau untuk menguasai. Adler (dalam Feist, 2014 :82) mengatakan bahwa kita berjuang menjadi superior sebagai usaha melengkapi diri kita atau membuat kita merasa utuh.
Menurut Freud, perilaku manusia ditentukan berdasarkan masa lalunya (seperti insting dan pengalaman masa kanak-kanak), sementara Adler melihat bahwa motivasi manusia adalah suatu hal yang menentukan masa depannya. Dia mengatakan bahwa hanya perjuangan menjadi superior yang dapat menjelaskan kepribadian dan tingkah laku seseorang.
Fictional Final Goals
Feist (2014) menyatakan bahwa fiksi kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan, tujuan yang kita ciptakan diawal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan jelas. Salah satu teori yang dikemukakan Adler dalam membentuk perilaku kita adalah fictional final goals (finalisme fiktif). Hal  ini dikatakan “fiksi” karna tidak mungkin dapat dilakukan di dunia nyata.
Kita hidup dalam dunia dimana ada anggapan bahwa semua orang itu sama, atau pada dasarnya semua orang itu baik. Kepercayaan ini mempengaruhi cara kita bertingkah laku kepada orang lain. Misalnya, jika kita percaya bawa dengan melakukan hal-hal baik akan membawa kita ke surga maka kita akan melakukannya. Banyak hal-hal fiksi yang terjadi dalam kehidupan kita, menurut Adler, suatu formulasi besar yang diciptakan manusia adalah konsep tentang Tuhan.

The Style of Life
Adler (dalam Feist, 2014 : 91) menyatakan bahwa gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Bayi memiliki inferiority feelings yang memotivasi mereka untuk mengkompensasi rasa putus asa dan kebergantungan.
Semua yang kita lakukan terbentuk dengan keunikan gaya hidup kita. Hal ini menentukan aspek kehidupan mana yang cenderung kita sukai atau tidak sukai, dan sikap mana yang kita pegang.  Gaya hidup dipelajari dari interaksi sosial yang terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan. Adler mengatakan bahwa gaya hidup terbentuk sejak umur 4 atau 5 tahun, dan setelah itu sangat sulit untuk dirubah. Gaya hidup menjadi salah satu penentu dari sikap-sikap kita ke depannya.
Kemudian, Ia mengemukakan 4 gaya hidup yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah itu:
1.       Dominant type
2.       Getting type
3.       Avoiding type
4.       Socially useful type
Tipe pertama adalah sikap memerintah dengan kesadaran sosial yang rendah. Orang seperti ini berperilaku tanpa memikirkan orang lain. Orang yang paling ekstrim dari jenis ini akan menyerang orang lain secara langsung dan menjadi sadis dan ganas. Sementara orang yang tidak terlalu ekstrim  akan menjadi alkoholik, kecanduan obat, dan bunuh diri.
Getting type (tipe paling umum menurut Adler) adalah yang mana manusia mengharapkan apa saja dari orang lain dan sangat bergantung dengan mereka.
Avoiding type membuat tidak ada upaya dalam menghadapi masalah kehidupan. Dengan menghindari semua kesulitan, menghindari setiap kemungkinan terjadinya kegagalan.
Social useful type dimana kita berdampingan dengan orang lain dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan mereka. Orang-orang tersebut mengatasi permasalahan hidup dengan mengembangkan kerangka sosial dengan baik.

Social Interest
Adler percaya bahwa bergaul dengan orang lain merupakan tugas pertama kita dalam menghadapi hidup. Adler (dalam Olson, 2013 :184) mengkonsepkan minat sosial (social interest) sebagai potensial individu yang dibawa sejak lahir untuk bekerja sama dengan orang lain  mencapai tujuan pribadi maupun sosial.
Menurut Adler, meskipun kita lebih kuat dipengaruhi oleh sosial daripada biologis, potensi dari minat sosial ini merupakan pembawaan dari lahir. Namun, tingkat untuk potensi minat sosial bergantung pada awal pengalaman sosial kita. Adler menyatakan bahwa peran ibu sangat penting sebagai orang pertama dalam berhubungan dengan bayi.



Creative Self
Adler (dalam Olson, 2013 : 189)berpendapat bahwa setiap orang memiliki kontrol terhadap hidupnya sendiri dan bahwa mereka menciptakan style of life mereka sendiri. Kekuatan kreativitas itulah yang membuat setiap individu menciptakan diri, karakter, serta kepribadian mereka.

Perkembangan Abnormal
Beberapa keadaan seperti dimanja dan ditolak, dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat.
Inferiority complex atau perasaan rendah diri adalah kondisi yang berkembang disaat seseorang tidak dapat mengkompensasi perasaan inferiornya. Orang-orang dengan inferiority complex memiliki pendapat yang buruk tentang diri mereka sendiri,merasa tidak berdaya dan tidak mampu untuk menghadapi tuntutan hidup mereka. Inferiority complex dapat muncul dari 3 sumber pada masa kecil: organic inferiority (inferior organis),spoiling (dimanjakan),dan neglect (diabaikan).
Adler menyimpulkan bahwa kepribadian terbentuk dari usaha seseorang untuk mengkompensasi kelemahan mereka. Usaha-usaha ini dapat menghasilkan suatu pencapaian yang baik, namun bila usaha ini gagal, dapat mengakibatkan inferiority complex.
Ketika seorang anak yang manja mengalami rintangan dalam mencapai kepuasannya, ia  merasa bahwa ia memiliki kekurangan yang menghalanginya, sehingga timbul inferiority complex. Hal yang sama juga terjadi pada anak yang diabaikan, tidak diinginkan dan ditolak  dimana masa kecil mereka kurang rasa kasih sayang dan tidak dipedulikan. Sebagai hasilnya, berkembang rasa marah, tidak berharga dan sulit mempercayai orang lain.
Sedangkan superiority complex merupakan kondisi yang berkembang ketika seseorang mengkompensasikan inferioritas secara berlebihan. Ini termasuk opini seseorang yang berlebihan mengenai kemampuannya sehingga merasa terlalu puas dan superior serta tidak perlu berusaha mencapai sesuatu.

D.    PENELITIAN KHAS DARI ADLER
Adler mengobservasi kepribadian pasiennya baik cara mereka berjalan, duduk, bersalaman, bahkan pemilihan kursi untuk diduduki. Tidak seperti Freud, Adler tidak memperlakukan pasiennya dengan formal dan sesi terapi Adler lebih seperti percakapan antar teman. Metode utama Adler dalam assessment yaitu urutan kelahiran,ingatan awal dan analisis mimpi.
Adler melakukan beberapa penelitian terkait mimpi (dreams), ingatan awal(early recollections), minat bersosialisasi (social interest), urutan kelahiran (birth order) dan diabaikan pada masa kanak-kanak (neglect in childhood).
Urutan Kelahiran
Adler (dalam Olson, 2013 : 198) menyebutkan bahwa urutan kelahiran dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam membentuk pandangan seseorang terhadap dunia, tujuan hidup dan gaya hidup seseorang. Adler menggambarkan:
 Anak sulung mendapat perhatian yang utuh dari orangtuanya, sampai perhatian itu terbagi saat ia mendapatkan adiknya. Perhatian dari orang tua cenderung membuat anak memiliki perasaan mendalam untuk menjadi superior atau kuat, kecemasan tinggi dan terlalu dilindungi. Saat kelahiran adiknya, menimbulkan dampak traumatik kepada anak sulung yang turun tahta sebagai anak tunggal.
Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kakaknya. Jika sikap kakaknya penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif, atau menjadi penakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak mengembangkan kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik, memiliki keinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner dan merasa bahwa otoritas itu dapat dikalahkan.
Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak bermasalah. mudah terdorong pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu berdiri sendiri. Namun demikian ia mempunyai banyak keuntungan, ia termotivasi untuk selalu mengungguli kakak-kakaknya dan menjadi anak yang ambisius.
Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan saudara-saudaranya melainkan dengan kedua orangtuanya. Mereka sering mengembangkan perasaan superior berlebihan, konsep diri rendah dan perasaan bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila kedua orangtuanya terlalu menjaga kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal mungkin kurang baik mengembangkan kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan mengharapkan perhatian untuk melindungi dan memanjakannya.
Anak tunggal sering kali tampil manis dan penuh sayang, dan difase kehidupan selanjutnya bisa saja mereka mengembangkan cara-cara yang menawan untuk menarik perhatian orang lain.
Analisis Mimpi
Adler menginterpretasikannya mimpi secara berbeda dari Freud. Freud berpendapat bahwa mimpi mengindikasikan konflik terselubung di masa lalu, sedangkan Adler percaya bahwa mimpi berorientasi pada masalah yang sedang dihadapi dan ingin diselesaikan seseorang. Pada penelitiannya, Adler menemukan bahwa orang yang dibangunkan saat tahap tidur REM memimpikan hal  yang paling mengkhawatirkan mereka saat itu. Adler yakin bahwa tujuan utama mimpi adalah menciptakan emosi yang dapat digunakan pemimpinya untuk mendukung gaya hidupnya yang keliru. Mimpi dianalisis untuk dapat mempelajari gaya hidup pemimpinya.


Ingatan Awal
Merupakan teknik pengkajian kepribadian dimana ingatan awal,baik yang nyata atau fantasi, menyatakan keinginan utama dalam hidup. Menurut Adler (dalam Olson, 2013:201) cara terbaik untuk mengidentifikasi gaya hidup seseorang adalah lewat rekoleksi-rekoleksi paling awal dirinya di masa kecil.
Pengukuran Minat Bersosialisasi
Adler tidak setuju menggunakan alat test untuk mengukur kepribadian seseorang. Menurut Adler, alat test hanya akan merekayasa kepribadian sesungguhnya serta membingungkan dan bahwa para terapis seharusnya meningkatkan intuisi mereka. Namun, hasil test SIS (Social Interest Scale) menunjukkan bahwa orang-orang dengan minat sosial tinggi mengalami lebih sedikit stress, depresi, kecemasan dan kekerasan dibandingkan dengan yang rendah minat sosialnya.
Diabaikan pada Masa Kanak-kanak
Adler menyatakan bahwa anak-anak yang diabaikan atau ditolak oleh orang tuanya cenderung merasa dirinya tidak berharga sehingga mempengaruhi kepribadian mereka.

E.     IMPLIKASI TEORI ADLER BAGI BIMBINGAN KONSELING
Implikasi dari teori adler dalam konseling diantaranya adalah untuk menentukan tujuan konseling. Tujuan konseling menurut Adler adalah mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup, mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
Berikut penulis sajikan implikasi dari konsep-konsep teori adler dalam bimbingan konseling


            NO
KONSEP
IMPLIKASI
1.
Striving for superiority, or perfect

Dalam konseling konselor diharapkan  dapat menjadikan inferiority atau perasaan rendah diri konseli menjadi pendorong kesuksesan untuk mencapai tujuan atau goal karena pada dasarnya setiap individu punya dorongan untuk superior atau sukses.

2.
Fictional Final Goals

Setiap individu dalam membentuk perilaku selalu dilandasi dengan tujuan-tujuan semu (fictional final goals) implikasi dalam konseling, konselor harus dapat mengungkap dan memperjelas tujuan-tujuan hidup dari konseli sebagai kekuatan untuk meraih kesuksesan yang menjadi goalnya.

3.
The Style of Life

Gaya hidup disamping faktor bawaan juga terbentuk melalui interaksi social individu pada masa usia 4 – 5 tahun. Implikasinya dalam konseling,    bahwa orang tua harus dapat memberikan lingkungan yang positif untuk perkembangan gaya hidup anak pada usia tersebut. Karena gaya hidup seseorang itu relative sulit untuk diubah. Gaya hidup menjadi salah satu penentu dari sikap-sikap kita ke depannya.


4.
Social Interest

Orang tua harus dapat mengembangkan potensi social anak sejak lahir sampai kanak-kanak karena hal tersebut akan berpengaruh pada kemampuan social seseorang kedepannya.

5.
Urutan kelahiran
Urutan kelahiran mempunyai peranan yang penting bagi pembentukan perilaku seseorang, maka sebagai orang tua harus dapat memberikan stimulasi yang tepat kepada anak-anaknya disesuaikan dengan urutan kelahirannya supaya perilaku negative akibat urutan kelahiran dapat dikurangi atau dihilangkan.

Konstruk utama psikologi individual adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling ini antara lain Mengubah gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior klien, Meningkatkan minat sosial klien dan Mengkonfrontir mekanisme superioritas.
Aliran Adler menganggap hubungan baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga rahasia dan keselarasan sasaran.
Proses tahap-tahapnya adalah: Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali dinamika psikologi yang ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan Menolong agar bisa berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:Teknik komparatif, dan Teknik analisis mimpi. Dengan demikian konseling ini cocok diterapkan di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Biscof, L.F. 1970. Interpreting Personality Theories. Singapore : Harper International Edition.
Feist. & Feist, G.J. 2014. Theory of Personality (Ed.7). New York : Mc graw – Hill.
Olson, M.H & Hergenhahn, 2013. Pengantar Teori-teori Kepribadian. Yogyakarta:  Pustaka Pelajar
Pervin, L.A, Cervone D, 2011. Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta : Salemba Humanika.

No comments:

Post a Comment