RESUME
TEORI
KEPRIBADIAN ADLER (PSIKOLOGI INDIVIDUAL)
A.
BIOGRAFI
ADLER
Dalam Olson (2013) dijelaskan bahwa Alfred
Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga.
Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan anak yang sakit-sakitan. Ketika
berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat pneumonia. Pengalaman tidak
menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya
untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun
1895.
Adler memulai karirnya sebagai
seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik dokter umum
di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus.
Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia
mengembangkan kosep tentang inferioritas dan kompensasi.
Dari praktik umum kedokteran, Adler
selanjutnya beralih pada psikiatri, dan pada tahun 1907 dia bergabung dengan
kelompok diskusi Freud. Kemampuan menonjol yang ada pada Adler menghantar
dirinya menjadi ketua Masyarakat Psikoanalisis Wina (Vienesse Analitic Society)
dan ko-editor dari terbitan organisasi ini.
Meskipun Adler oleh Freud
dipercaya untuk memimpin organisasi
psikoanalisis bukan berarti Adler selalu sependapat dengan Freud. Dia berani
mengkritik pandangan-pandangan Freud. Perbedaan pandangan-pandangan Adler dan Freud yang tidak bisa mencapai
titik temu kemudian ditindaklanjuti dengan perdebatan antara pendukung kedua
tokoh tersebut yang berakhir dengan keluarnya Adler bersama 9 orang
pendukungnya dari organisasi psikoanalisis. Mereka kemudia mendirikan
organisasi yang mereka beri nama The Society for Free Psychoanalysis pada tahun
1911 dan tahun berikutnya organisasi ini namanya berubah menjadi The Society
for Individual Psychology.
Psikologi individual dikembangkan
oleh Alfred Adler, sebagai suatu sistem yang komparatif dalam memahami individu
dan dalam kaitannya dengan lingkungan sosial. Individual psychology atau
psikologi individual dikembangkan oleh Alfred Adler dan pengikutnya antara lain
adalah Rudolph Drekurs, Martin Son Tesgard, dan Donal Dinkmeyer. Alfred Adler
selain siswa juga rekan kerja Freud dan berumur empat belas tahun lebih muda
dari Freud. Adler telah menjadi dokter praktek. Ketika bergabung dengan Freud
dan ahli lain ketika dibentuknya Masyarakat Psychoanalytic Vienna. Adler keluar
dari paham Freud dan Masyarakat Psychoanalytic Vienna dan pada tahun 1911 Adler
mulai mengembangkan pemikirannya yang dikenal sebagai Psikologi Individu.
Aliran Psikologi Individual dikenal
dengan nama Adlerian Counseling. Adler mengatakan bahwa seorang tidaklah
dikendalikan semata-mata untuk memenuhi kesenangannya sendiri tetapi
sebaliknya, seseorang dimotivasi oleh rasa tanggung jawab sosial dan kebutuhan
untuk berhasil. Adler benar-benar berbicara tentang hubungan sosial, yang mana
Individu sibuk mengejar realisasi diri yang dapat mendukung dirinya untuk
membuat dunia lebih baik dalam menempatkan hidup. Inilah yang menjadi dasar
pemikiran dari teori psikologi individual.
B.
PRINSIP-PRINSIP
TEORI ADLER
Adler berpendapat bahwa manusia
pertama-tama dimotivasi oleh dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia
pada dasarnya adalah makhluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang
lain, ikut dalam kegiatan-kegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan
sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang
mengutamakan orientasi sosial.
Untuk memenuhi kebutuhan sosial
manusia rela terjun dalam berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti organisasi
sosial dan mengahabiskan hampir seluruh hidupnya di sana. Mereka merasa puas
dengan melakukan aktivitas sosial seperti membantu korban bencana, korban
perang, kelaparan dan lain sebagainya. Itulah kebutuhan sosial yang dimaksud
oleh Adler. Kebutuhan-kebutuhan sosial ini merupakan bawaan sejak lahir,
perkembangan diri individu sejak masa kanak-kanak akan sangat menentukan cara
individu berperan dalam lingkungan sosialnya.
Biscof (1970) menyatakan bahwa ada
tujuh prinsip yang terkandung dari teori Psikologi Individual Adler, yaitu:
1. Prinsip Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia
dilahirkan disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari
eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perannya dalam lingkungan. Individu
melihat bahwa banyak makhluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin
menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain.
Berkenaan dengan perasaan rendah
diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine protest, yakni
istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri atau inferior ini
dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan (femininity).
Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang utama, karena hal
ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat dalam
mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
2. Prinsip Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip superior terpisah
dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua prinsip ini terjalin
erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai prinsip, kedua istilah ini
berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati dalam operasionalnya tak
dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek seksualitas sebagai
motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan bahwa manusia adalah
makhluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin survive. Namun kemudian
dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk mencari kekuatan baik
secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Dari sini konsepnya berkembang
lagi, bahwa manusia mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior).
Dorongan superior ini sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu.
Bagi Adler tak ada pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan
oleh Murray. Bagi Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior
sebagai usaha untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat
bahwa superior disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha
untuk mencapai keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi
dengan orang lain.
3. Prinsip Gaya Hidup (Style of Life Principle)
Usaha individu untuk mencapai
superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler
menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti
individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the
inner self driven) yang mengatur arah perilaku, dan dorongan dari lingkungan
yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi.
Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self)
itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat
ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya
dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar
dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi
Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas,
untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Gaya hidup manusia tidak ada
yang identik sama, sekalipun pada orang kembar. Sekurang-kurangnya ada dua
kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup seseorang yang unik, yakni
kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan kekuatan yang datang dari
lingkungan yang dimasuki individu tersebut.
Gaya hidup seseorang sering
menentukan kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang
dijumpai manusia.
4. Prinsip Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri yang kreatif adalah faktor yang
sangat penting dalam kepribadian individu, sebab hal ini dipandang sebagai
penggerak utama, sebab pertama bagi semua tingkah laku. Dengan prinsip ini
Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah seniman bagi dirinya. Ia lebih
dari sekedar produk lingkungan atau makhluk yang memiliki pembawaan khusus. Ia
adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan struktur pembawaan,
menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan kehidupannya, mencari
pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk superior, dan meramu semua
itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang lain, yang mempunyai gaya
hidup sendiri, namun diri kreatif ini adalah tahapan di luar gaya hidup.
5. Prinsip Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran menurut Adler, adalah inti
kepribadian individu. Meskipun tidak secara eksplisit Adler mengatakan bahwa ia
yakin akan kesadaran, namun secara eksplisit terkandung dalam setiap karyanya.
Adler merasa bahwa manusia menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari,
dan ia dapat menilainya sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir
pada peristiwa tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak
berarti Adler mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya.
Manusia dengan tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses
mental dalam satu waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada
suatu saat tertentu tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan
adalah fungsi jiwa, yang tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak efisien
ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh, khususnya otak.
Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar (preconsious dan
uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik.
6. Prinsip Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun Adler mengakui bahwa masa
lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang terpenting adalah masa
depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu lakukan, melainkan apa
yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu pada saat tertentu.
Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan perilaku manusia itu
sendiri.
Dengan kata lain, tujuan yang
dirumuskan individu adalah semu karena dibuat amat ideal untuk diperjuangkan
sehingga mungkin saja tidak dapat direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu
ini tak dapat dipisahkan dari gaya hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke
arah superioritas melalui gaya hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari
perasaan rendah diri dan selalu ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang
dimaksud oleh Adler ialah pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia.
7. Prinsip Minat Sosial (Sosial Interest Principle)
Setelah melampaui proses evolusi
tentang dorongan utama perilaku individu, Adler menyatakan pula bahwa manusia
memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan dikaruniai minat sosial yang
bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud dalam komunikasi dengan orang lain,
yang pada masa bayi mulai berkembang melalui komunikasi anak dengan orang tua.
Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada usia 4-5 tahun dilanjutkan pada
lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai mengidentifikasi kelompok
sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan memperkuat perasaan minat
sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang lain. Melalui empati,
individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain sebagai kelemahannya dan
mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga belajar untuk melatih
munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba, ia dapat
mengendalikannya. Proses-proses ini akan dapat memperkaya perasaan superior dan
memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya. Dikarenakan manusia tidak
sepenuhnya dapat mencapai superioritas, individu tetap memiliki perasaan
ketidakmampuan. Namun individupun yakin bahwa masyarakat yang kuat dan sempurna
akan dapat membantunya mencapai pemenuhan perasaan superior.
C.
KONSEP-KONSEP
TEORI ADLER
Konstruk utama psikologi individual
adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap
perasaan inferioritas . Hal inilah yang menjadi perbedaan yang mendasar teori psikologi
individual dengan psikoanalisis. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling
of inferiority (FOI) menuju felling of superiority (FOS). Perasaan tidak mampu
atau rasa rendah diri, berasal dari tiga sumber, yaitu kekurangan dalam organ
fisik, anak yang dimanja, anak yang mendapat penolakan. Kadang-kadang rasa
rendah diri ini dapat menimbulkan kompensasi yang berlebihan sehingga
menyebabkan berbagai hambatan bagi individu itu sendiri.
Konsep utama dari teori psikologi
individual yang benar-benar berbicara tentang diri atau self, yang mana hal itu
yang menjadi pembeda setiap individu yang terlihat dari gaya hidup
masing-masing individu, menyebabkan arah konseling mengacu pada pengembangan
diri individu. Masalah yang paling sering dialami adalah masalah kepercayaan
diri (konsep diri). Pembentukan konsep diri ini dimulai sejak usia empat dan
lima tahun pertama.
Striving
for Superiority, or Perfection
Striving for superiority
adalah suatu usaha terus menerus untuk menjadi lebih baik, untuk menjadi lebih
dekat dengan tujuan yang ingin dia capai. Adler menggambarkan striving for
superiority sebagai dasar fundamental dari kehidupan dan bukan usaha untuk
menjadi lebih baik dari orang lain, atau untuk menguasai. Adler (dalam Feist,
2014 :82) mengatakan bahwa kita berjuang menjadi superior sebagai usaha
melengkapi diri kita atau membuat kita merasa utuh.
Menurut Freud, perilaku manusia
ditentukan berdasarkan masa lalunya (seperti insting dan pengalaman masa
kanak-kanak), sementara Adler melihat bahwa motivasi manusia adalah suatu hal
yang menentukan masa depannya. Dia mengatakan bahwa hanya perjuangan menjadi
superior yang dapat menjelaskan kepribadian dan tingkah laku seseorang.
Fictional
Final Goals
Feist (2014) menyatakan bahwa fiksi
kita yang paling penting adalah tujuan meraih superioritas atau keberhasilan,
tujuan yang kita ciptakan diawal kehidupan dan mungkin tidak dipahami dengan
jelas. Salah satu teori yang dikemukakan Adler dalam membentuk perilaku kita
adalah fictional final goals (finalisme fiktif). Hal ini
dikatakan “fiksi” karna tidak mungkin dapat dilakukan di dunia nyata.
Kita hidup dalam dunia dimana ada
anggapan bahwa semua orang itu sama, atau pada dasarnya semua orang itu baik.
Kepercayaan ini mempengaruhi cara kita bertingkah laku kepada orang lain.
Misalnya, jika kita percaya bawa dengan melakukan hal-hal baik akan membawa
kita ke surga maka kita akan melakukannya. Banyak hal-hal fiksi yang terjadi
dalam kehidupan kita, menurut Adler, suatu formulasi besar yang diciptakan
manusia adalah konsep tentang Tuhan.
The Style
of Life
Adler (dalam Feist, 2014 : 91)
menyatakan bahwa gaya hidup mencakup tujuan seseorang, konsep diri, perasaan
terhadap orang lain, dan sikap terhadap dunia. Bayi memiliki inferiority
feelings yang memotivasi mereka untuk mengkompensasi rasa putus asa dan
kebergantungan.
Semua yang kita lakukan terbentuk
dengan keunikan gaya hidup kita. Hal ini menentukan aspek kehidupan mana yang
cenderung kita sukai atau tidak sukai, dan sikap mana yang kita pegang.
Gaya hidup dipelajari dari interaksi sosial yang terjadi pada tahun-tahun
awal kehidupan. Adler mengatakan bahwa gaya hidup terbentuk sejak umur 4 atau 5
tahun, dan setelah itu sangat sulit untuk dirubah. Gaya hidup menjadi salah
satu penentu dari sikap-sikap kita ke depannya.
Kemudian, Ia mengemukakan 4 gaya
hidup yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah itu:
1.
Dominant
type
2.
Getting
type
3.
Avoiding
type
4.
Socially
useful type
Tipe pertama adalah sikap memerintah
dengan kesadaran sosial yang rendah. Orang seperti ini berperilaku tanpa
memikirkan orang lain. Orang yang paling ekstrim dari jenis ini akan menyerang
orang lain secara langsung dan menjadi sadis dan ganas. Sementara orang yang
tidak terlalu ekstrim akan menjadi alkoholik, kecanduan obat, dan bunuh
diri.
Getting type
(tipe paling umum menurut Adler) adalah yang mana manusia mengharapkan apa saja
dari orang lain dan sangat bergantung dengan mereka.
Avoiding type membuat
tidak ada upaya dalam menghadapi masalah kehidupan. Dengan menghindari semua
kesulitan, menghindari setiap kemungkinan terjadinya kegagalan.
Social useful type
dimana kita berdampingan dengan orang lain dan berperilaku sesuai dengan
kebutuhan mereka. Orang-orang tersebut mengatasi permasalahan hidup dengan
mengembangkan kerangka sosial dengan baik.
Social
Interest
Adler percaya bahwa bergaul dengan
orang lain merupakan tugas pertama kita dalam menghadapi hidup. Adler (dalam Olson,
2013 :184) mengkonsepkan minat sosial (social interest) sebagai
potensial individu yang dibawa sejak lahir untuk bekerja sama dengan orang lain
mencapai tujuan pribadi maupun sosial.
Menurut Adler, meskipun kita lebih
kuat dipengaruhi oleh sosial daripada biologis, potensi dari minat sosial ini
merupakan pembawaan dari lahir. Namun, tingkat untuk potensi minat sosial
bergantung pada awal pengalaman sosial kita. Adler menyatakan bahwa peran ibu
sangat penting sebagai orang pertama dalam berhubungan dengan bayi.
Creative
Self
Adler (dalam Olson, 2013 : 189)berpendapat
bahwa setiap orang memiliki kontrol terhadap hidupnya sendiri dan bahwa mereka
menciptakan style of life mereka sendiri. Kekuatan kreativitas itulah
yang membuat setiap individu menciptakan diri, karakter, serta kepribadian
mereka.
Perkembangan Abnormal
Beberapa keadaan seperti dimanja dan
ditolak, dapat membuat seseorang mengembangkan inferiority complex atau superiority
complex. Dua kompleks tersebut berhubungan erat.
Inferiority complex
atau perasaan rendah diri adalah kondisi yang berkembang disaat seseorang tidak
dapat mengkompensasi perasaan inferiornya. Orang-orang dengan inferiority
complex memiliki pendapat yang buruk tentang diri mereka sendiri,merasa
tidak berdaya dan tidak mampu untuk menghadapi tuntutan hidup mereka. Inferiority
complex dapat muncul dari 3 sumber pada masa kecil: organic inferiority
(inferior organis),spoiling (dimanjakan),dan neglect
(diabaikan).
Adler menyimpulkan bahwa kepribadian
terbentuk dari usaha seseorang untuk mengkompensasi kelemahan mereka.
Usaha-usaha ini dapat menghasilkan suatu pencapaian yang baik, namun bila usaha
ini gagal, dapat mengakibatkan inferiority complex.
Ketika seorang anak yang manja
mengalami rintangan dalam mencapai kepuasannya, ia merasa bahwa ia
memiliki kekurangan yang menghalanginya, sehingga timbul inferiority complex.
Hal yang sama juga terjadi pada anak yang diabaikan, tidak diinginkan dan
ditolak dimana masa kecil mereka kurang rasa kasih sayang dan tidak
dipedulikan. Sebagai hasilnya, berkembang rasa marah, tidak berharga dan sulit
mempercayai orang lain.
Sedangkan superiority complex
merupakan kondisi yang berkembang ketika seseorang mengkompensasikan
inferioritas secara berlebihan. Ini termasuk opini seseorang yang berlebihan
mengenai kemampuannya sehingga merasa terlalu puas dan superior serta tidak
perlu berusaha mencapai sesuatu.
D.
PENELITIAN KHAS
DARI ADLER
Adler
mengobservasi kepribadian pasiennya baik cara mereka berjalan, duduk,
bersalaman, bahkan pemilihan kursi untuk diduduki. Tidak seperti Freud, Adler
tidak memperlakukan pasiennya dengan formal dan sesi terapi Adler lebih seperti
percakapan antar teman. Metode utama Adler dalam assessment yaitu urutan
kelahiran,ingatan awal dan analisis mimpi.
Adler
melakukan beberapa penelitian terkait mimpi (dreams), ingatan awal(early
recollections), minat bersosialisasi (social interest), urutan
kelahiran (birth order) dan diabaikan pada masa kanak-kanak (neglect
in childhood).
Urutan
Kelahiran
Adler (dalam Olson, 2013 : 198) menyebutkan bahwa urutan kelahiran
dalam keluarga mempunyai peranan penting dalam membentuk pandangan seseorang
terhadap dunia, tujuan hidup dan gaya hidup seseorang. Adler menggambarkan:
Anak sulung mendapat
perhatian yang utuh dari orangtuanya, sampai perhatian itu terbagi saat ia
mendapatkan adiknya. Perhatian dari orang tua cenderung membuat anak memiliki
perasaan mendalam untuk menjadi superior atau kuat, kecemasan tinggi dan
terlalu dilindungi. Saat kelahiran adiknya, menimbulkan dampak traumatik kepada
anak sulung yang turun tahta sebagai anak tunggal.
Anak kedua biasanya memulai hidup dalam situasi yang lebih baik untuk
mengembangkan kerjasama dan minat sosial. Pada tahap tertentu, kepribadian anak
dibentuk melalui pengamatannya terhadap sikap kakaknya. Jika sikap kakaknya
penuh kemarahan dan kebencian, anak kedua mungkin menjadi sangat kompetitif,
atau menjadi penakut dan sangat kecil hati. Umumnya anak kedua tidak
mengembangkan kedua arah itu, tetapi masak dengan dorongan kompetisi yang baik,
memiliki keinginan yang sehat untuk mengalahkan kakaknya. Jika dia banyak
mengalami keberhasilan, anak akan mengembangkan sikap revolusioner dan merasa
bahwa otoritas itu dapat dikalahkan.
Anak bungsu, seringkali dimanja, sehingga beresiko tinggi menjadi anak
bermasalah. mudah terdorong pada perasaan inferior yang kuat dan tidak mampu
berdiri sendiri. Namun demikian ia mempunyai banyak keuntungan, ia termotivasi
untuk selalu mengungguli kakak-kakaknya dan menjadi anak yang ambisius.
Anak tunggal mempunyai posisi unik dalam berkompetisi, tidak dengan
saudara-saudaranya melainkan dengan kedua orangtuanya. Mereka sering
mengembangkan perasaan superior berlebihan, konsep diri rendah dan perasaan
bahwa dunia adalah tempat yang berbahaya bila kedua orangtuanya terlalu menjaga
kesehatannya. Adler menyatakan bahwa anak tunggal mungkin kurang baik
mengembangkan kerjasama dan minat sosial, memiliki sifat parasit, dan
mengharapkan perhatian untuk melindungi dan memanjakannya.
Anak tunggal
sering kali tampil manis dan penuh sayang, dan difase kehidupan selanjutnya
bisa saja mereka mengembangkan cara-cara yang menawan untuk menarik perhatian
orang lain.
Analisis Mimpi
Adler menginterpretasikannya mimpi
secara berbeda dari Freud. Freud berpendapat bahwa mimpi mengindikasikan
konflik terselubung di masa lalu, sedangkan Adler percaya bahwa mimpi
berorientasi pada masalah yang sedang dihadapi dan ingin diselesaikan
seseorang. Pada penelitiannya, Adler menemukan bahwa orang yang dibangunkan
saat tahap tidur REM memimpikan hal yang paling mengkhawatirkan mereka
saat itu. Adler
yakin bahwa tujuan utama mimpi adalah menciptakan emosi yang dapat digunakan
pemimpinya untuk mendukung gaya hidupnya yang keliru. Mimpi dianalisis untuk
dapat mempelajari gaya hidup pemimpinya.
Ingatan Awal
Merupakan teknik pengkajian
kepribadian dimana ingatan awal,baik yang nyata atau fantasi, menyatakan
keinginan utama dalam hidup. Menurut Adler (dalam Olson, 2013:201) cara terbaik
untuk mengidentifikasi gaya hidup seseorang adalah lewat rekoleksi-rekoleksi
paling awal dirinya di masa kecil.
Pengukuran Minat Bersosialisasi
Adler tidak setuju menggunakan alat
test untuk mengukur kepribadian seseorang. Menurut Adler, alat test hanya akan
merekayasa kepribadian sesungguhnya serta membingungkan dan bahwa para terapis
seharusnya meningkatkan intuisi mereka. Namun, hasil test SIS (Social
Interest Scale) menunjukkan bahwa orang-orang dengan minat sosial tinggi
mengalami lebih sedikit stress, depresi, kecemasan dan kekerasan dibandingkan
dengan yang rendah minat sosialnya.
Diabaikan pada Masa Kanak-kanak
Adler menyatakan bahwa anak-anak
yang diabaikan atau ditolak oleh orang tuanya cenderung merasa dirinya tidak
berharga sehingga mempengaruhi kepribadian mereka.
E.
IMPLIKASI
TEORI ADLER BAGI BIMBINGAN KONSELING
Implikasi dari teori adler dalam
konseling diantaranya adalah untuk menentukan tujuan konseling. Tujuan konseling menurut Adler adalah
mengurangi intensitas perasaan rasa rendah diri (inferior), memperbaiki
kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam persepsi, menetapkan tujuan hidup,
mengembangkan kasih sayang terhadap orang lain, dan meningkatkan kegiatan.
Berikut penulis sajikan implikasi
dari konsep-konsep teori adler dalam bimbingan konseling
NO
|
KONSEP
|
IMPLIKASI
|
1.
|
Striving for superiority, or
perfect
|
Dalam
konseling konselor diharapkan dapat
menjadikan inferiority atau perasaan rendah diri konseli menjadi pendorong
kesuksesan untuk mencapai tujuan atau goal karena pada dasarnya setiap
individu punya dorongan untuk superior atau sukses.
|
2.
|
Fictional Final Goals
|
Setiap individu dalam membentuk
perilaku selalu dilandasi dengan tujuan-tujuan semu (fictional final goals)
implikasi dalam konseling, konselor harus dapat mengungkap dan memperjelas
tujuan-tujuan hidup dari konseli sebagai kekuatan untuk meraih kesuksesan
yang menjadi goalnya.
|
3.
|
The Style of Life
|
Gaya hidup disamping faktor bawaan
juga terbentuk melalui interaksi social individu pada masa usia 4 – 5 tahun.
Implikasinya dalam konseling, bahwa
orang tua harus dapat memberikan lingkungan yang positif untuk perkembangan
gaya hidup anak pada usia tersebut. Karena gaya hidup seseorang itu relative
sulit untuk diubah. Gaya hidup menjadi salah satu penentu dari sikap-sikap
kita ke depannya.
|
4.
|
Social Interest
|
Orang tua harus dapat
mengembangkan potensi social anak sejak lahir sampai kanak-kanak karena hal
tersebut akan berpengaruh pada kemampuan social seseorang kedepannya.
|
5.
|
Urutan
kelahiran
|
Urutan
kelahiran mempunyai peranan yang penting bagi pembentukan perilaku seseorang,
maka sebagai orang tua harus dapat memberikan stimulasi yang tepat kepada
anak-anaknya disesuaikan dengan urutan kelahirannya supaya perilaku negative
akibat urutan kelahiran dapat dikurangi atau dihilangkan.
|
Konstruk utama psikologi individual
adalah bahwa perilaku manusia dipandang sebagai suatu kompensasi terhadap perasaan
inferioritas. Tujuan hidup dipandang untuk mengatasi felling of inferiority
(FOI) menuju felling of superiority (FOS). Tujuan dari konseling ini antara
lain Mengubah gaya hidup yang salah, Mengurangi intensitas inferior klien,
Meningkatkan minat sosial klien dan Mengkonfrontir mekanisme superioritas.
Aliran Adler menganggap hubungan
baik antara klien dan terapis itu adalah keduannya berkedudukan sederajat
didasari pada kerjasama, saling percaya, saling menghormati, saling menjaga
rahasia dan keselarasan sasaran.
Proses tahap-tahapnya adalah:
Menciptakan hubungan terapeutik yang tepat, Menggali dinamika psikologi yang
ada dalam diri klien, Memberi semangat untuk pemahaman dan Menolong agar bisa
berorientasi ulang. Teknik konseling yang digunakan oleh konselor adalah:Teknik
komparatif, dan Teknik analisis mimpi. Dengan demikian konseling ini cocok
diterapkan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Biscof, L.F. 1970. Interpreting Personality
Theories. Singapore : Harper International Edition.
Feist. & Feist, G.J. 2014. Theory of
Personality (Ed.7). New York : Mc graw – Hill.
Olson, M.H
& Hergenhahn, 2013. Pengantar Teori-teori Kepribadian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pervin, L.A,
Cervone D, 2011. Kepribadian Teori dan Penelitian. Jakarta : Salemba Humanika.
No comments:
Post a Comment