FITRAH (POTENSI-POTENSI) MANUSIA
A.
Pengertian
Fitrah
Fitrah adalah unsur-unsur dan sistem yang dianugerahkan Allah
kepada setiap manusia yang mencakup unsur jasmani, rohani, nafs dan iman. Potensi iman dipandang sebagai dasar dan inti karena jika iman seseorang telah
berkembang dan berfungsi dengan baik, maka fitrah yang lain akan berkembang dan
berfungsi dengan baik pula.
Fitrah jasmani merupakan aspek biologis yang dipersiapkan sebagai fitrah
rohani, Fitrah rohani merupakan esensi pribadi manusia dan berada dalam materi
dan alam imateri. Fitrah nafs merupakan paduan integral antara fitrah jasmani
(biologis) dengan fitrah rohani (psikologis). Fitrah Iman berfungsi sebagai
pemberi arah dan sekaligus pengendali bagi ketiga fitrah yang lain(jasmani,
rohani dan nafs).
B.
Fitrah Iman
Kecenderungan berperilaku
positif pada manusia adalah merupakan aktualisasi fitrah iman yang ada
pada setiap individu. Esensi fitrah pada manusia adalah iman dan takwa kepada
Allah SWT.
Semua anak yang lahir selalu dengan fitrah iman baik pada anak
orang yang beriman maupun anak-anak orang musyrik. Menjadikan anak beriman
adalah lebih memungkinkan bagi orang tua maupun pendidik, sebab fitrah untuk
beriman itu sudah ada pada setiap manusia sejak dalam kandungan, sedangkan
fitrah untuk kafir itu tidak ada.
Fitrah iman yang tidak berkembang dengan baik mengakibatkan fitrah
jasmani, rohani dan nafs tidak berkembang dan berfungsi dengan baik pula.
C.
Fitrah
Jasmaniah
Seluruh sel dan jaringan yang ada
dalam tubuh beserta perubahan-perubahan sel dan segala keistimewaannya yang
membentuk manusia itu terjadi karena ciptaan Allah ,SWT.
Pendengaran, penglihatan dan hati manusia merupakan ciptaan
Allah SWT untuk kepentingan manusia supaya manusia memanfaatkan untuk memahami
ilmu Allah dan ayat-ayatnya baik yang tertulis dalam kitab suci maupun fenomena
yang ada disekitar manusia.
Pendengaran dan penglihatan manusia tidak
akan berfungsi jika roh sudah tidak berada di jasad manusia. Juga pendengaran
dan penglihatan manusa tidak akan berfungsi untuk memahami dan mendorong pada
perbuatan dengan baik manakala : hati sudah menolaknya, merasa diri lebih
hebat, terlalu mencintai kehidupan dunia, dan terlanjur dikunci mati hatinya oleh
Allah SWT.
Fitrah jasmani yang dimiliki manusia
selain pendengaran dan penglihatan adalah masalah penentuan jenis kelamin
manusia. Penentuan jenis kelamin sepenuhnya adalah hak Allah SWT. Allah yang
menentukan jenis kelamin manusia sesuai dengan kehendak-Nya.
Individu yang fitrah jasmaniahnya
telah matang sebagai akibat kematangan fitrah iman, maka dampaknya bagi profil
pribadi seseorang adalah sebagai berikut :
1. Pendengaran
dan penglihatannya bisa berfungsi dengan abik
2. Mampu
menjaga mulutnya dengan baik
3. Mampu
menjaga kemaluannya dengan baik
4. Tidak
melakukan perbuatan yang bisa membahayakan dirinya
5. Tidak
berlebihan dalam makan, minum, bekerja dan dalam aspek kehidupan.
6. Berbusana
sesuai dengan ketentuan Allah untuk mencari ridlo-Nya.
7. Wanita
tidak menampakkan perhiasannya kecuali kepada muhrimnya.
8.
Selalu menjaga kebersihan diri dari
perbuatan-perbuatan yang tidak diridloi Allah.
D.
Fitrah Nafs
Fitrah nafs memiliki tiga komponen yaitu kalbu, akal dan nafsu yang
saling berinteraksi dan terwujud dalam bentuk kepribadian.
1. Hati/qalb
Dalam arti
fisik merupakan segumpal daging yang terletak pada dada sebelah kiri; sedangkan
dalam arti nonfisik adalah roh, jiwa, atau akal.
Dari segi
psikologi sufi hati memiliki empat stasiun :
a.
Dada mewadahi cahaya amaliah dari
bentuk praktik setiap agama
b.
Hati yang mewadahi cahaya iman.
c.
Hati lebih dalam mewadahi cahaya
ma’rifat atau pengetahuan akan kebenaran spiritual.
d.
Lubuk hati terdalam (lubb) mewadahi
dua cahaya yaitu cahaya kesatuan dan cahaya keunikan yang merupakan dua wajah
ilahi.
Beberapa hal
yang menyebabkan hati menjadi lembut dan tenang yaitu :
a.
Berdzikir kepada Allah akan
menyebabkan hati manusia menjadi lebih tenang.
b.
Mendalami kandungan Al Qur’an
menjadikan hati bertambah lembut
c.
Beriman kepada Allah secara benar
mendatangkan ketenangan di hati.
Manusia yang berbuat maksiat mengakibatkan : lemahnya keinginan
untuk berbuat baik, terbiasa berbuat dosa, eskalasi dosa, merusak hati, menutup
hati, menimbulkan ketakutan di hati, sakit hati, dan membutakan mata hati.
Orang-orang yang hatinya bersih ditandai dengan : (a) akidah yang
bersih (tidak syirik), (b) selalu bertaubat kepada Allah dan memelihara
aturan-aturan-Nya, (c) selalu takut kepada Allah meskipun ia tidak melihat-Nya, (d)
mengagungkan syiar-syiar Allah, (e) bila disebut asma Allah, gemetarlah
hatinya, (f) bersabar atas musibah yang menimpa dirinya, (g) mendirikan shalat
dan menafkahkan sebagian rizki yang Allah karuniakan kepadanya.
2.
Akal Pikiran
(Al-‘Aqlu)
Allah
menciptakan manusia memiliki potensi untuk bebruat baik dan buruk, dan
menganugerahkan kepada manusia akal untuk memilih jalan yang benar, serta
menganugerahkan pula kebebasan memilih apa yang dikehendakinya.
Penyebab akal
berfungsi dengan baik :
a.
Memanfaatkan panca indera secara
baik dan benar untuk memahami segala sesuatu.
b.
Memanfaatkan ilkmu yang telah
dimilikinya.
c.
Memanfaatkan kejadian-kejadian yang
ada dilingkungan sekitar sebagai bahan pemikiran.
d.
Memanfaatkan hati nurani dalam
mengenali dan menilai segala sesuatu.
Penyebab akal
tidak berfungsi dengan baik :
a.
Mengikuti tradisi padahal tradisi
itu sebenarnya salah
b.
Tidak mau memanfaatkan alat-alat
indra dengan baik dan benar
c.
Menyikapi kebenaran dengan senda
gurau dan main-main
d.
Enggan menerima kebenaran dengan
mencari alasan yang sebenarnya tidak masuk akal.
3. Jiwa (Nafs)
Nafs dalam arti
luas berarti diri atau individu dengan segala totalitasnya yaitu mencakup aspek
jasmani, rohani, dan nafs. Sedangkan dalam arti sempit berarti jiwa. Dalam arti
yang lebih sempit berarti sub aspek dari aspek kejiwaan berupa nafsu (keinginan
atau kecenderungan) dan hawa nafsu.
Macam dan arah
kecenderungan nafsu adalah : (a) nafsu amarah, (b) nafsu lawwamah, (c) nafsu
muthma’innah.
E.
Fitrah Rohaniah
Allah meniupkan roh ciptaan-Nya setelah jasad terbentuk. Roh yang
membuat manusia mengetahui rahasia yang tersembunyi dibalik masa maupun tempat,
diluar kemampuan panca indera maupun otot.
Fungsi roh pada diri manusia adalah :
1. Menjadikan
manusia berbeda dari mahluk yang lain.
2. Memberikan
kepada manusia sifat-sifat kemanusiaan yang membuatnya unggul.
3. Menghubungkan
dan membuat manusia mampu berkomunikasi dengan Tuhannya
4. Menjadikan
manusia mampu melakukan lompatan dari alam materi ke alam immateri.
5.
Membuat manusia mampu mengetahui
rahasia yang tersembunyi di balik masa maupun tempat, diluar kemampuan panca
indera maupun otot.
Agar ruh tetap
suci dan berfungsi dengan baik maka manusia harus :
1.
Menjauhkan perbuatan jahat, keji,
dan nista terutama yang berkaitan dengan faraj
2. Menjauhkan
perbuatan maksiat
3. Tidak
menyakiti orang (Al-baghyu)
4. Tidak
menyekutukan Allah (syirik), dan
5. Tidak
membuat-buat aturan yang seakan-akan dating dari agama padahal sebenarnya
tidak.
F.
Kecenderungan
dan Bawaan Manusia
Pada setiap diri manusia terdapat kecenderungan bawaan itu berupa
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta
yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan
sawah lading.
Kecenderungan manusia untuk mencintai wanita dan anak, menimbulkan
kebutuhan individu untuk mencari pasangan kemudian menikah. Sesudah itu hidup
berumah tangga sebagai suami isteri, sehingga diperoleh anak yang jelas
nasabiahnya dan jelas pula siapa yang harus bertanggung jawab dalam penghidupan
dan pendidikannya. Kecenderungan manusia kepada harta benda yang mendorong
manusia untuk bekerja keras. Kecintaan manusia kepada kuda-kuda pilihan kalau
pada jaman sekarang berkembang pada mobil mewah yang harganya ratusan juta sampai
milyaran. Kecintaan pada binatang ternak dan sawah ladang
Karakteristik Manusia, Kelemahannya dan
pengaruh Setan kepadanya
A.
Karakteristik
Umum Manusia
Karakteristik Manusia Manusia berdasar ayat-ayat Al-Quran memiliki
perbedaan dengan makhluk lain. Karakteristik itu adalah :
1.
Manusia diciptakan Allah terdiri
dari dua unsure yang tidak bisa dipisahkan yaitu unsure jasmani dan unsur rohani(roh illahi) yang tidak terdapat
pada jin, iblis dan binatang..
Rohani
merupakan esensi pribadi manusia dan berada dialam materi dan materi, ia lebih
abadi dari jasmani, suci dan memperjuangkan dimensi-dimensi spiritual.
2.
Manusia sejak asal kejadiannya
dilengkapi dengan fitrah beragama yaitu mengakui keesaan Allah dan tunduk
kepada-Nya.
3. Manusia
diciptakan Allah dilengkapi dengan akal
pikiran yang memungkinkan manusia mampu membedakan antara yang benar dan salah,
antara yang bermanfaat dan tidak bermanfaat bagi dirinya.
4. Diciptakan
oleh Allah dilengkapi dengan hati nurani (fu’ad) dan qalb, tidak seperti hewan
yang hanya dilengkapi dengan pendengaran dan penglihatan.
5. Kemampuan
manusia untuk mengetahui beberapa hal sangat terbatas, kecuali hanya sekedar
tanda-tandanya.
6. Tempat
menetap manusia sebelum lahir ditulang sulbi ayah dan setelah lahir di bumi,
tempat penyimpanan sebelum lahir di rahim ibu, dan setelah lahir di dunia
kemudian mati tempat penyimpanannya di kubur sebelum menuju kehidupan di surga
atau di neraka.
7. Terhadap
setiap individu ada dua malaikat yang selalu mengikuti secara bergiliran di
depan dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perntah Allah.
8. Gerak
gerik manusia selalu diawasi dan dicatat oleh dua malaikat, baik itu perbuatan
baik atau buruk.
9. Setiap
individu akan mendapatkan balasan dari apa yang mereka perbuat.
B.
Kelebihan dan
Kelemahan Manusia dan Solusinya
Beberapa karakter negative yang dimiliki oleh manusia adalah
1. Melalaikan
ajaran agama dan lebih cenderung memperturutkan hawa nafsu.
Untuk mengatasi
hal tersebut seyogyanya setiap anak dikenalkan dan dibiasakan melaksanakan
ajaran agama sejak dini, orang tua seyogyanya bisa menjadi teladan bagi
anaknya, dan mencarikan lingkungan pergaulan yang baik, serta dalam setiap
langkah manusia seyogyanya selalu mengingat aturan Allah.
2. Makhluk
yang lemah, terutama dalam menahan nafsu sahwatnya dan lemah pula dalam melawan
hawa nafsunya. Wat melalui pernikahan dan melawan hawa nafsu dengan beribadah
kepada Allah.
Untuk mengatasi
masalah ini Allah telah mengatur penyaluran nafsu sah
3. Cenderung
nakal kepada Allah, jika ia bersedih cenderung mendekat kepada Allah, tetapi
kalau sedang bergembira menjauhi Allah. Akibatnya ia kena perangkap setan. Islam mengajarkan agar seseorang berdo’a
dalam keadaan sedih maupun lapang, selalu berdzikir kepada Allah, dalam
bermuamalah sesuai tuntunan Allah.
4. Cenderung
tergesa-gesa, hingga ia tidak bisa membedakan antara yang baik dan buruk, serta
tidak sabar dalam menghadapi ujian dan menahan marah dalam kesulitan. Agar
tidak terburu-buru sebaiknya ia memiliki keyakinan bahwa apa yang menimpa
dirinya pasti ada izin Allah, dan apa yang diizinkan Allah pasti ada
kebaikannya.
5. Cepat
berputus asa dan tidak berterima kasih.
Apabila manusia
gagal dalam satu hal ia cenderung cepat berputus asa, padahal seharusnya ia
bersabar dalam menghadapi kesulitan dan sederhana dalam kenikmatan.
6. Suka
membantah dan mencari-cari alasan, meskipun dalam hal yang sebenarnya tidak
perlu diperdebatkan. Islam mengajarkan agar apa yang diajarkan Al QUr’an cukup
disambut dengan saya mendengar dan saya patuh, orang yang suka memperdebatkan
Al Qur’an pasti akan menyesal di hari kiamat.
7. Cenderung
tamak, ingin memperoleh yang sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri. Islam
mengajarkan umatnya agar sederhana dalam urusan harta, dan diingatkan pula
selalu ada hak untuk orang lain di dalam rizki yang Allah karuniakan kepadanya.
8. Cenderung
kikir (bakhil). Sifat kikir adalah hasil rekayasa setan yang menakut-nakuti
manusia kalau-kalau menjadi miskin jika bila ia suka member.
Guna mendidik
manusia agar tidak kikir dan suka member, Islam mengajarkan umatnya untuk gemar
berinfaq, shadaqoh dan zakat. Kegemaran
berinfaq, shadaqah dan zakat sebaiknya dilakukan sejak usia kanak-kanak, dan tidak usah menunggu setelah berkecukupan
atau kaya.
9. Cenderung
congkak (ghurur)
Kelebihan
apapun yang dikaruniakan Allah kepada manusianya seyogyanya ia syukuri, bahkan
kegagalan apapun harus disyukuri sebab kalau sukses bisa jadi justru tidak baik
bagi pemohon. Oleh sebab itu perasaan lebih dibandingkan yang lain, dan lupa
diri ketika memperoleh kenikmatan seyogyanya dihindari.
10. Iri
hati dan dengki
Iri adalah
merasa tidak senang dengan kelebihan atau keberhasilan orang lain. Iri yang
amat sangat bisa mendorong timbulnya perasaan marah atau dengki kepada orang
yang tidak disukai. Orang yang dengki lebih senang melihat orang lain susah.
C.
Pengaruh Iblis
dan Setan terhadap Tingkah laku Manusia
1. Esensi Iblis dan Setan
Menurut Umar
Hasyim Iblis adalah nenek moyang setan, sedang setan adalah segolongan jin yang
tidak taat kepada Allah. M. Quraish Shihab menunjukkan setan memiliki kelebihan
berupa : ketersembunyian, bisa masuk dalam diri manusia, mampu mengubah diri dalam berbagai bentuk,
sangat lihai, gigih, dan sabar, serta berkolusi dengan manusia.
2. Latar Belakang Permusuhan Iblis terhadap Manusia
a.
Karena rasa takabur, iri dan dengki.
Ia merasa diciptakan terlebih dahulu, adam baru kemudian; ia diciptakan dari
api, Adam diciptakan dari tanah. Ia merasa lebih senior dan lebih baik.
b.
Perasaan iri dan dengki lantaran ia
diusir dari surge, sementara Adam dan isterinya justru disuruh tinggal di
surga.
3. Cara-cara Setan Menyesatkan Manusia
a.
Membelokkan manusia dari jalan yang
haq ke jalan yang sesat, dari jalan yang diridloi Allah ke jalan yang dimurkai
Allah.
b.
Mempengaruhi cara pandang manusia,
yaitu benar dianggap salah dan yang salah dianggap benar dengan berbagai
alasan.
c.
Mendorong manusia berbuat kebajikan
tetapi kemudian niat dan caranya dibelokkan hingga akhirnya manusia tidak
mendapatkan apa-apa dari kebaikan yang dilakukan.
d.
Membangkitkan angan-angan kosong,
termasuk didalamnya meminum khamr dan judi.
e.
Berlaku syirik, termasuk didalamnya
mengkramatkan benda-benda tertentu yang dipandang bias mendatangkan berkah.
f.
Membanggakan keturunan sehingga
akhirnya menjadi sombong dan lupa diri.
g.
Menjadikan maksiat indah dalam
pandangan manusia, akhirnya manusia manusia tidak malu dan tidak merasa berat
ketika melakukannya.
h.
Merubah ciptaan Allah, termasuk
didalamnya membuat tato, mencabuti bulu alis, vasektomi, dan tubektomi.
4. Karakteristik Manusia yang mudah dan tidak mudah disesatkan oleh
Setan.
Allah telah
melengkapi manusia dengan potensi yang menjadikan siapa di antara mereka yang
mengikhlaskan diri kepada Allah dan membentengi dirinya dengan ketakwaan, maka
iblis dengan segala tentara dan kemampuannya tidak akan mungkin dapat
menyesatkannya. Keikhlasan dan ketaqwaan kepada Allah dapat diibaratkan sebagai
imunisasi yang mengakibatkan kekebalan tubuh dalam menghadapi virus serta
kuman-kuman penyakit. Allah telah membekali manusia dengan potensi untuk
berbuat baik dan buruk, yaitu berupa akal sehat, peringatan-peringatan melalui
para rosul, dan telah memberikan tuntunan dan pedoman berupa agama. Manusia
juga diberi potensi menerima petunjuk dan kesesatan, kebaikan dan keburukan,
dan beri kemampuan untuk memilih salah satunya.
5. Pengaruh Maksiat terhadap Kehidupan Individu dan Sosial.
Perbuatan
maksiat bisa mengakibatkan :
a.
Datangnya azab bagi pelaku dan
masyarakat sekitarnya
b.
Menjadi penghalang masuknya ilmu
c.
Menjadi penghalang datangnya rizki
d.
Menjadikan pelakunya terasing dengan
Allah dan rosulnya
e.
Allah akan mempersulit urusannya
f.
Kegelapan pada hatinya yang
menyebabkan pelakunya jatuh ke dalam bid’ah, kesesatan, dan hal-hal yang
menghancurkan.
g.
Pelakunya berat melakukan ketaatan
pada Allah
h.
Kehilangan berkah dalam umurnya
i.
Melemahkan keinginan untuk berbuat
baik pada pelakunya.
j.
Mendorong pelakunya melakukan
perbuatan maksiat lainnya.
k.
Keinginan bertaubat semakin lemah
l.
Kehinaan dihadapan Allah dan manusia
m.
Memandang remeh pahala maupun dosa
n.
Merusak dan menutup hati pelakunya
o.
Mendapatkan laknat rosulullah
p.
Memadmkan ghirah
q.
Menghilangkan rasa malu
r.
Melemahkan hati dalam mengagungkan
Allah
s.
Menghilangkan wibawa pelakunya
hingga setan dan manusia pun melecehkan
t.
Hilangnya sikap ikhsan pada
pelakunya
u.
Menjadi pintu masuk kesedihan
v.
Mengubah ridlo Allah menjadi musibah
w.
Menimbulkan sakit hati
x.
Membutakan hati dan memadamkan
cahayanya
y.
Menggiring pelakunya ke dalam
penjara setan
z.
Menghapuskan berkah rizk, berkah
ilmu, dan berkah amal.
aa.
Melemahkan nafsu muthmainah dan
menguatkan nafsu ammarah.
MUSIBAH DAN
AJAL MANUSIA SERTA PERSIAPAN UNTUK MENGHADAPINYA
A.
Musibah yang
menimpa manusia
1. Esensi Musibah
Thabataba’I
merumuskan pengertian musibah sebagai kejadian apa saja yang menimpa manusia
yang tidak dikehendaki. Musibah dapat berupa sakit, rugi dalam usaha,
kehilangan barang, kehilangan anggota keluarga, terkena bencana alam, wabah
penyakit dan kiamat.
2. Status Musibah
Musibah dapat
dikelompokkan menjadi tiga :
a.
Musibah sebagai balasan atau hukuman
dari kesalahan yang diperbuat manusia sebagai akibat dari tidak mengikuti
petunjuk Allah.
b.
Musibah sebagai teguran atau
peringatan agar manusia kembali ke jalan yang diridloi Allah.
c.
Musibah sebagai ujian dari Allah
untuk meningkatkan kesabaran dan ketakwaan manusia kepada-Nya.
3. Bentuk-bentuk ujian dan tujuan Allah menguji manusia
Bentuk-bentuk
ujian dari Allah sebagai berikut : dengan perintah dan larangan, dengan
kebaikan dan keburukan, dimuliakan dan diberi kesenangan, dibatasi rezekinya,
dengan ketakutan, kelaparan, dikurangi harta, jiwa dan penghasilan, dengan
derajat dan kedudukan, diguncangkan hati dengan gunjangan yang sangat, dengan
kenikmatan dunia, dengan sesame manusia, dihadapkan dengan kekuatan yang lebih
besar, tindakan aniaya dari orang dzalim, fitnah dari keluarga dan orang-orang
yang dikasihi, terasing dilingkungan masyarakatnya, dan nafsu syahwat yang
selalu mendorong untuk mendapatkan kenikmatan.
Tujuan Allah
menguji manusia adalah agar Allah mengetahui : siapa yang sungguh dan yang sabar,
siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta, siapa yang taat dan tidak
taat kepada-Nya, dan siapa yang terbaik amalannya. Dan tujuan akhir dari semua tujuan itu adalah
untuk mempersiapkan manusia memikul beban atau amanat membangun dunia, membimbing manusia, dan menegakkan
kalimah Allah.
4. Tuntunan Islam dalam menghadapi ujian
Tuntunan Islam
dalam menghadapi ujian :
1.
Mengucapkan Inna lillahi wainna
ilaihi roji’un
2.
Senada dengan bacaan diatas
mengucapkan Inna lillahi wainna ilaihi roji’un, allahumma’jurni fi musibati
waakhlafli khoiron minha
3.
Hendaknya diterima dengan ikhlas dan
sabar, sebab dibalik musibah bisa jadi ada manfaat atau hikmah bagi diri atau
keluarga.
B.
Ajal Manusia
1. Esensi ajal atau kematian
Ajal adalah batas
akhir kehidupan. Maut adalah pemutus tali persaudaraan, perampas anak cucu dari
orang tuanya, sesuatu yang datang membawa petaka, kemudian membenamkan manusia
dalam lorong kegelapan. Kematian bisa menjadi guru yang bisu yang bisa
menasehati manusia lewat kejadian yang nyata.
Setiap yang
berjiwa akan mengalami kematian. Allah yang menciptakan manusia dan Allah
pulalah yang menentukan batas akhir kehidupan.
Dihadapan
manusia, semua yang telah mati itu sama artinya terputuslah segala amalnya,
kecuali (a) orang yang mati dijalan Allah, dan (b) orang yang ketika masih
hidup melakukan tiga hal : 1. Shadaqoh jariyah, 2. Menyampaikan ilmu yang
bermanfaat, 3. Atau memiliki anak yang soleh yang mau mendo’akan.
2. Sikap Manusia terhadap kematian
Kecenderungan
manusia adalah lari dari kematian, tetapi lari darinya merupakan pebuatan yang
sia-sia sebab kematian pasti dating menghampiri pada saat dan tempat yang
manusia tidak mengetahui secara pasti.
3. Tanda-tanda usia senja
1.
Tulang punggung bungkuk padahal
sebelumnya lurus
2.
Rambut memutih yang sebelumnya hitam
3.
Mulai terasa lemah, padahal sebelumnya
kuat
4.
Suara gemetar paahal sebelumnya
lantang
5.
Penglihatan kabur, padahal
sebelumnya terang
6.
Dahulu penuh harapan, tetapi
akhir-akhir ini sering putus asa.
4. Hal-hal yang perlu dipersiapkan manusia dalam menghadapi kematian
Sebelum ajal
tiba Allah mengingatkan kepada manusia supaya : (1) memeriksa bekal apa yang
telah dimiliki ketika saatnya kembali kepada Allah, (2) bekal ketika kembali
adalah takwa kepada Allah, (3) tidak menyembah kepada selain Allah, (4) selalu
memohon ampun dan bertaubat, (5) tetap memeluk agama Islam hingga kematian
dating, (6) ketika terasa akan meninggal supaya berwasiat kepada kedua orang
tua atau kaum kerabat.
5. Beberapa wasiat akhir hayat
a.
Setiap saat hendaknya melakukan
muhasabah
b.
Berupaya untuk selalu beagama Islam
hingga mati
c.
Jauhilah perbuatan syirik
d.
Jangan jadikan makam sebagai berhala
meskipun itu makam rosulullah
e.
Jagalah shalat dan hamba-hamba
sahayamu
f.
Abu bakar Asshiddiq menjelang
ajalnya berwasiat kepada putrinya supaya nanti mengkafaninya dengan kain sprei
yang using.
g.
Dan beberapa sahabat berwasiat
sebelum ajal menjemput mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Sutoyo, Anwar, 2015. Manusia dalam Perspektif Al Qur’an.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
No comments:
Post a Comment