Sunday 21 August 2016

AYAT-AYAT, HADIST DAN KISAH HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN BELAJAR



STUDI PUSTAKA TENTANG AYAT-AYAT, HADIST DAN KISAH HIDUP  YANG BERKAITAN DENGAN BELAJAR

Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu (belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain beliau pun pernah menganjurkan, agar manusia mencari ilmu meski berada di negeri orang (Cina) sekalipun; meski dari manapun datangnya. Hadis tentang belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu  banyak disebut dalam al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi, bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu menciptakan kreasi unik dan spektakuler yang berupa teknologi.
Belajar dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan mengangkat derajat orang yang berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al- Mujadilah : 11).
Apalagi dalam konsep Islam  terdapat keyakinan yang menegaskan, bahwa belajar  merupakan kewajiban dan berdosa bagi yang meninggalkannya. Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri umat yang beriman, sehingga  mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan penuh semangat serta mengharapkan “janji luhur” Tuhan  sebagaimana yang difirmankan dalam ayat-Nya.
Bagaimanakah belajar menurut tuntutan Islam?  Bagaimana konsep dan landasannya? Tulisan ini bermaksud menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Kemudian untuk memulai pembahasannya, di tampilkan beberapa konsep dan teori-teori belajar menurut konsep barat

Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Bloom (1979), bahwa belajar itu mencakup tiga ruang lingkup, yaitu cognitive domain yang berkaitan dengan pengetahuan hapalan dan pengembangan intelektual, affective domain, yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan apresiasi dan penyesuaian, psychomotor domain, yang berkaitan dengan prilaku yang menuntut koordinasi syaraf.

Dasar Belajar dalam Islam
Sebagaimana pandangan hidup yang dipegang-teguhi oleh Umat Islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul , maka sebagai dasar maupun filosofi bagi belajar adalah juga diderivasi dari dua sumber tersebut, yang merupakan dasar dan sumber bagi landasan berpijak yang amat fondamental. Al-Qur’an dan Al-Hadis penuh dengan konsep dan tuntutan hidup manusia, begitu juga mengenai petunjuk ilmu pengetahuan. Jika manusia mau menggali kandungan isi Al-Qur’an, maka banyak diketemukan mengenai beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu (baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam), Misalnya perhatikan surat Ali Imran : 190-191. Disini dipaparkan tentang kreasi penciptaan alam oleh Allah SWT. Yang harus direnungkan, demikian pula tentang kisah dan sejarah umat-umat di masa lampau.
            Sebagaimana dikatakan oleh Munawar Anis (1991), bahwa kata ilmu disebutkan dalam Al-Qur’an mencapai 800 kali, yang berarti hanya berada di bawah konsep tauhid tingkatan urgensinya. Belum lagi yang disebutkan dalam Al- Qur’an atau Sunnah Rasul.
Seperti yang dijelaskan di depan, bahwa menurut teori kependidikan yang berdasarkan pandangan psikologi mekanistik, sejak John Lock pada abad 17 sampai aliran Bahaviorisme dari J.B. Waston abad 20 terdapat pandangan, bahwa manusia dalam batas-batas kemampuan fisiknya dapat dibentuk melalui cara-cara yang terbatas. John lock berpendapat, bahwa jiwa itu bagaikan meja lilin (tabularasa) yang bersih dari goresan. Pengalamanlah yang membentuk kepribadiannnya. Behaviorsme juga berbuat sama, dengan konsep S – R bond-nya.
Jadi, dalam kosepsi Islam, belajar itu diajarkan mengenai masalah pahala, dosa; sorga dan neraka. Oleh sebab itu setiap perbuatan haruslah dapat dipertanggung jawabkan di sisi Tuhan, sebagaimana firman-Nya :
“…. Ia mendapat pahala ( dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa   (dari kejahatan) yang diperbuatnya pula ……..”   (QS. Al- Baqarah : 286).
Daya pancar dari sistem nilai yang menerangi moralitas manusia menurut pandangan Islam adalah bersumber dari Allah yang digambarkan dalam surat Al-Maidah : 115-116:
“….Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah kitab yang menerangi”. Dengan kitab itulah Allah menjuluki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya kejalan keselamatan, dan, (dengan kitab-kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
 “Dan barang siapa beriman kepada Allah, Allah akan menunjuki hatinya”. (QS. At-Taghabun : 11)
Beberapa keterangan di atas semakin menunjukkan kejelasan kepada kita, bahwa konsep kependidikan dan kejelasan kepada kita, bahwa konsep kependidikan dan belajar dalam Islam sangat berbeda dengan konsep pendidikan dan belajar menurut teori-teori Barat yang sekuler lebih bersifat profan dan antroposentrik. Sementara konsep Islam sangat integral, disamping profan  juga transendental dan teosentrik yang menempatkan posisi manusia pada porsi yang balance, Rabbana atina fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar,
Berikut kami sajikan dalil-dalil tentang belajar dari Al Qur’an dan hadist

A.  QS. Al ‘Alaq : 1 – 5
Ayat dan Terjemahnya
اقرأ باسم ربك الذي خلق (1) خلق الإنسان من علق (2) اقرأ و ربك الأكرم (3) الذي علّم بالقلم (4) علّم الإنسان مالم يعلم (5) (العلق : 1- 5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (QS Al ‘Alaq :1-5)

Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca. (Al Maraghi, 1987:346)
Kemudian Allah menjelaskan proses kejadian makhluk melalui firman-Nya :
خلق الإنسان من علق (2)
Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan manusia, sehingga menjadi makhluk-Nya yang paling mulia – Ia menciptakannya dari segumpal darah (‘alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi,dan dengan ilmu pengetahuannya bisa mengolah bumi serta menguasai apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang Menciptakan Manusia, mampu menjadikan manusia yang sempurna, yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam – bisa membaca, sekalipun beliau belum pernah belajar membaca.
Kesimpulan :
-- Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi – mampu pula menjadikan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bisa membaca, sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis. (Al Maraghi, 1987:346)
اقرأ و ربك الأكرم (3)
-      )اقرأ(
Kerjakanlah apa yang Aku perintahkan, yaitu membaca.
Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulangnya perintah Ilahi berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan bakat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Perhatikan firman Allah berikut ini,
سنقرئك فلاتنسى
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. (QS Al A’la : 6)
Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Artinya, saya ini buta huruf – tidak bisa membaca dan menulis – (Al Maraghi, 1987:347) Untuk itu Allah berfirman :
      )و ربك الأكرم(
Tuhanmu Maha Pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Bagi-Nya amat mudah menganugerahkan kepandaian membaca kepadamu – berkat kemurahan-Nya.    
Kemudian Allah menambahkan ketentraman hati Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam atas bakat yang baru ia miliki melalui firman-Nya :
الذي علّم بالقلم (4)
Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu Zat Yang Menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau adalah manusia yang sempurna.
Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq, kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakikat segala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik”. (Al Maraghi, 1987:347-348)
Kemudian Allah menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia melalui firman-Nya, 
علّم الإنسان مالم يعلم (5)
Sesungguhnya Zat Yang Memerintahkan Rasul-Nya membaca – Dialah Yang Mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk lainnya. Pada mulanya manusia itu bodoh – ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah mengherankan jika Ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat untuk menerimanya?
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis, dan ilmu pengetahuan.
Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang menunjukkan bahwa Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupan padanya, tidak berbicara serta tidak ada rupa dan bentuknya secara jelas. Kemudian Allah mengajari manusia ilmu yang paling utama, yaitu menulis dan menganugerahkannya ilmu pengetahuan – sebelum itu ia tidak mengetahui apa pun juga. Sungguh mengherankan kelalaianmu, wahai manusia! (Al Maraghi, 1987:348-349)

B.  QS. At Taubah : 122
Ayat dan Terjemahnya
وما كان المؤمنون لينفروا كآفة فلولا نفر من كل فرقة منهم طآئفة ليتفقهوا في الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون (التوبة : 122)
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS At Taubah : 122)

Ayat  ini menerangkan kelengkapan dari hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok kecil saja yang berangkat ke medan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum mukmin, seperti penduduk suatu negeri atau suatu suku, dengan maksud supaya orang-orang mukmin seluruhnya dapat mendalami agama mereka. Yaitu dengan cara orang yang tidak berangkat dan tinggal di kota (Madinah), berusaha keras untuk memahami agama, yang wahyu-Nya turun kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam hari demi hari, berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadits-hadits dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang menerangkan ayat-ayat tersebut, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dengan demikian, maka diketahuilah hukum beserta hikmahnya, dan menjadi jelas hal yang masih mujmal dengan adanya perbuatan Nabi tersebut. Disamping itu orang yang mendalami agama, memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi berperang menghadapi musuh, apabila mereka telah kembali ke dalam kota. (Al Maraghi, 1987:85-86)

C.  QS. Al Muzammil : 20
Ayat dan Terjemahnya
إنّ ربك يعلم أنك تقوم أدنى من ثلثى اليل و نصفه و ثلثه و طآئفة من الذين معك والله يقدر اليل و النهار علم أن لن تحصوه فتاب عليكم فاقرءوا ما تيسّر من القرءان علم أن سيكون منكم مرضى و ءاخرون يضربون في الأرض يبتغون من فضل الله وءاخرون يقتلون في سبيل الله فاقرءوا ما تيسّر منه و أقيموا الصلوة و ءاتوا الزكوة و أقرضوا الله قرضا حسنا و ما تقدموا لأنفسكم من خير تجدوه عند الله هو خيرا وأعظم أجرا واستغفروا الله إن الله غفور رحيم (المزمّل : 20)
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Muzammil : 20)

Allah memerintahkan beberapa hal kepada Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :
1.    Agar beliau qiyamul lail, sepertiga, setengah atau dua pertiga malam.
2.    Agar beliau membaca Al Quran dengan pelan-pelan dan perlahan.
3.    Agar beliau meringankan qiyamul lail sesudah ternyata kesulitannya bagi sahabat-sahabatnya karena banyak alasan, dan agar beliau mencukupkan dengan shalat malam yang difardhukan pum terdapat banyak manfaat bagi umat jika disertai dengan penunaian zakat dan kekekalan istighfar. (Al Maraghi, 1987:200)

D.  QS. Muhammad : 24
Ayat dan Terjemahnya
أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ (محمد : 24)
Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad : 24)



Makna Tarbiyah dari Ayat
1.    Memperhatikan nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam kitab-Nya..
2.    Memeriksa nasihat-nasihat dan larangan-larangan yang terdapat dalam Al Quran, sehingga manusia berhenti dari melakukan hal-hal yang menyebabkan kebinasaan.


اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْد 
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ  أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ 
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula". (HR. Bukhari dan Muslim)

مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
مٍطَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ 
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).




من سَلَكَ طَرْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ اْلجَنَّةِ (رواه مسلم
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)

مُجَالَسَةُ الْعُلَمَاءِ عِبَادَةٌ . (الديلمى )
“Duduk bersama para Ulama adalah ibadah.” (HR. Al-Dailami)

إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا ، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللَّهِ ، وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : مَجَالِسُ الْعِلْمِ . (الطبرانى)
“Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas. Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?” Nabi SAW menjawab,”majelis-majelis ta’lim/ilmu.” (HR. Al-Thabrani)

إِنَّ مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ ، إِكْرِامَ الْعِلْمِ وَ الْعُلَمَاءِ ، وَذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ ، وَإِكْرَامَ حَمَلَةَ الْقُرْاَنِ وَ أَهْلِهِ ، وَ إِكْرَامَ السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ . ( ابوداود والطوسى )
“Termasuk mengagungkan Allah ialah mengormati (memuliakan) ilmu, para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al-Qur’an dan ahlinya, serta penguasa yang adil (Abu Dawud, dan al-Thusiy)

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan difahamkan tentang urusan agamanya.”


مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ النَِّبيُ صلى الله عليه وسلم : لاَحَسَدَ إِلاَ فِي اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ مَا لاً فَسُِّلطَ عَلىَ هَلَكِتهِ فيِ الَحقّ ِ, وَ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمةَ فَهُوَ يَقْضِى ِبهَا وَيُعَلِمُهَا (رواه البجاري)

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendoakan dia.” [HR. Muslim]



خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”

إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ اللَّهُ بِعِلْمِهِ . ( البيهقي )
 “Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya tidak bermanfaat.” (al-Baihaqy)

تَنَاصَحُوْا فِى الْعِلْمِ ، وَلاَ يَكْتُمْ بَعْضُكُمْ بَعْضُا ، فَإِنَّ خِيَانَةً فِى الْعِلْمِ أَشَدُّ مِنْخِيَانَةٍ فِى الْمَالِ . ( ابو نعيم )
“Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya dari pada berkhianat dalam harta.” (Abu Nu’ai)

KISAH KEGIGIHAN SESEORANG DALAM MENUNTUT ILMU
UIN Malang adalah sebuah Universitas yang mewajibkan seluruh mahasiswa barunya untuk tinggal di mahad selama satu tahun, dan pada hari itu Rabu, 3 Juni 2015 , genap satu tahun sudah perjalanan mahasiswa baru angkatan 2014 tinggal di Mahad UIN Malang. Muwaddaah menjadi sebuah acara terakhir di mahad pada saat itu. berbagai penampilan dari yang memukau hingga mengharukan sempurna dihadirkan dalam acara tersebut.
Malam itu pukul 00.30 saat semua santri sudah merasa lelah dan kurang antusias terhadap acara. ada seorang perempuan yang tiba-tiba maju kedepan, berdiri ditengah barisan paduan suara yang baru saja menyanyikan lagu-lagu. nada suaranya datar, membuat Santri awalnya sangat tidak antusias dan mengabaikannya, namun taukah setelah seorang perempuan tersebut berdiri lama disana sambil berbagi kisahnya, seakan suasana yang ada di gedung Sport Center kala itu berubah menjadi hening, haru, dan terbius mendengar pengakuan dari perempuan tersebut. mungkin inilah cerita yang bisa saya rangkum dengan bahasa saya sendiri.
            Nama saya Sita, saya dari Pasuruhan. saya sama seperti teman-teman, saya mahasiswi semester 2 yang juga tinggal di mahad. namun bedanya, saya disini punya sebuah cerita yang mungkin tidak semua teman-teman memiliki cerita seperti saya. Saya adalah seorang anak tunggal. sejak kecil, orangtua saya telah bercerai, jadi saya belum pernah merasakan kebahagiaan memiliki seorang ayah. saya tinggal, dirawat dan diasuh oleh ibu saya kala itu. namun pada saat saya berada di kelas 1 SMA, Allah memanggil Ibu saya terlebih dahulu, ibu saya meninggal karena penyakit leukimia. saat itu kemudian saya tinggal bersama paman dan bibi saya. Saya adalah perempuan yang punya mimpi yaitu ingin sekali kuliah. saat almarhum ibu saya belum meninggal, beliau pernah berkata pada saya “Nduk, memang ibu ini hanya lulusan SD, tapi ibu ingin sekali memiliki anak seorang sarjana” kata-kata itu yang membuat saya terinspirasi untuk kuliah. tahun 2013 saya lulus SMA, jadi sebenarnya saya lebih tua dari teman-teman. pada tahun itu saya mengutarakan keinginan kuliah saya kepada paman dan bibi saya, namun mereka menolak dengan alasan tidak ada biaya. saya akhirnya memendam keinginan tersebut selama satu tahun dengan bekerja sambil membayangkan betapa enaknya teman2 yg bisa kuliah. saya pernah kerja di pabrik mie, saya pernah kerja di toko baju, dll apapun saya kerjakan demi menabung untuk kuliah.
Pada tahun 2014 saya kembali mengutarakan keinginan saya kepada paman dan bibi saya untuk kuliah, namun mereka malah menanggapi dengan perkataan yang menyakiti hati saya , “ jangankan biaya untuk kuliah, orang tua saja kamu tidak punya!” sambil menangis saya menjawab “ijinkan saya kuliah, saya janji tidak akan merepotkan paman dan bibi. “kamu itu cuman gadis desa, ndak usah bermimpi bisa kuliah”. Namun pada saat itu tekat saya kuat, saya tetap ingin kuliah, akhirnya saya membuat sebuah keputusan yang menentang paman dan bibi saya, saya memutuskan untuk mendaftar kuliah. saat itu saya daftar tes SBMPTN di uin malang. saat itu saya tidak mengikuti tutorial sbm apapun, saya hanya punya bekal satu buku yang saya pelajari. saya juga bukan anak yang pintar teman2, saya merasa kesulitan mengerjakan soal-soal sbm, tapi saya sangat ingin kuliah, akhirnya saat itu saya punya satu doa dan janji “ya Allah jika Engkau mengizinkanku untuk kuliah, aku berjanji akan menghafal Alquran”. dan akhirnya Alhamdulillah, doa saya dikabulkan oleh Allah, saya diterima di jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Malang, saat itu UKT masuk nya adalah 2.165.500 rupiah, saat saya membuka tabungan saya, ternyata tabungan saya hanya 2juta, saya sedih, saya harus mencari yang 165.500 kemana? kemudian saya mencari kerja serabutan lagi, dan Alhamdulillah tepat pada hari akhir pembayaran, saya bisa membayar genap 2.165.500 rupiah.
Perjalanan saya tidak sampai disitu teman-teman. sejak saya memutuskan untuk kuliah, paman dan bibi saya sudah tidak mempedulikan saya lagi, jadi saya berusaha sendiri, saya di mahad sering kehabisan uang teman2. saat saya kehabisan uang, saya pergi kerumah nenek saya, disana nenek saya hanya berkata : “Nduk, ini ada 150.000 semoga ini cukup untuk satubulan. bayangkan teman2, 150 untuk satu bulan. saya harus benar-benar menghemat, saya sering merasa lapar karena tidak makan, terkadang saya tidak makan karena uangnya saya pakai untuk ngeprint tugas besok. terkadang saya juga pinjam ke teman saya, saat sudah malu pinjam, saya hanya bisa menahan lapar. saya hanya punya satu doa saat saya sudah merasa tidak kuat “Ya allah jadikan semua ini baik-baik saja hingga saya lulus nanti”. saya pernah jual hp saya , anting2 dari almarhum ibu saya, agar bisa balik ke uin. saya juga sering jalan dari arjosari ke uin / uin ke arjosari. capek? iya, lelah? iya tapi bagaimana, kalau tdk dengan itu, saya tdak bisa balik ke uin.
Alhamdulillah semester satu berhasil saya jalani, saat semester dua melihat pengumuman, saya mendapat UKT terendah yaitu 400.000 rupiah, tapi tetap saja, saya dapat dari mana 400.000 itu, akhirnya saya beranikan diri berkata pada ibu dosen saya kalau saya ingin cuti saja agar bisa bekerja dan mengumpulkan uang kembali. namun ibu dosen saya menolak “kamu harus tetap lanjut kuliah” jadi saat itu, yang membayarkan UKT semester 2 saya adalah ibu dosen saya. saya ingin meminta maaf juga disini, jadi kemarin satu minggu penuh saya tidak ada dimahad, saya tidak kuliah seminggu, saya tidak ppba seminggu, karena saya tidak ada uang untuk balik ke uin. dirumah saya merawat bayi, dan upahnya saya gunakan untuk balik ke uin, saya sempat ditegor dosen saya kenapa tidak kuliah, tp untung saya masih bisa ikut ujian. kabar terakhir, paman bibi saya mengusir saya dari rumah karena saya mempertahankan kuliah. saya sedih namun saya tidak putus asa, saya disini masih punya 3 hal, “saya punya mahad tempat saya tinggal, saya punya uin tempat saya belajar, dan saya punya mimpi saya”
Berakhir di kata mimpi saya, para musyrifah dan murobbiyah naik keatas panggung, menangis dan memeluk Sita. Semua yang ada dalam gedung malam itupun ikut menangis. mungkin rasa empati dan penyesalan yg kemudian menyatu menjadi doa-doa yang menguntai langit di 1/3 malam kamis 4 Juli 2015. Saya merasakan betapa haru suasana malam itu, dan saya yakin telah ada beribu malaikat yg menjadi saksi kejadian malam itu mengamini doa 3000 maha santri penuntut ilmu. Allahu Akbar, semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk mensyukuri apa yang kita miliki sekarang, jangan pernah menyianyiakan orangtua yang masih kita miliki, syukuri rezeki kita dari Allah dan jangan memubadzirkannya. karena “Innal mubaddzirina kanuu ikhwanassyayathin” sesungguhnya mubadzir itu adalah kawan syaitan. kisah Sita mengajarkan kita untuk lebih menghargai uang, dan memaknai hidup. semoga kita bisa meraih kesuksesan kita, tanpa melupakan rentangan tangan kita untuk membantu orang-orang yang kesusahan disekitar kita. “Wallahu fi auni abdi makanal abdu fi auni akhihi “Allah akan selalu ada untuk menolong hambanya, semala hamba tersebut menolong saudaranya” Wassalam 


DAFTAR PUSTAKA

 Al Maraghi. (1987). Terjemah Tafsir Al Maraghi Jilid 11, 26, 29, dan 30. Semarang : CV Toha Putra

Ali Ahmad, dkk, 2014. Arrahman The Inspire Al Qur’anul Karim. Jakarta : CV. Al Qolam Publishing.

Da'wahrights 2010. Terjemah Shahih Bukhori Muslim. http://abinyazahid.multiply.com


Winkel, WS, Hastuti, Sri, MM. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta : Media Abadi

No comments:

Post a Comment