STUDI PUSTAKA TENTANG AYAT-AYAT,
HADIST DAN KISAH HIDUP YANG BERKAITAN
DENGAN BELAJAR
Rasulullah SAW bersabda: “Mencari ilmu
(belajar) wajib hukumnya bagi setiap orang Islam”. Dan pada kesempatan lain
beliau pun pernah menganjurkan, agar manusia mencari ilmu meski berada di
negeri orang (Cina) sekalipun; meski dari manapun datangnya. Hadis tentang
belajar dan yang terkait dengan pencarian ilmu banyak disebut dalam
al-Hadis, demikian juga dalam Al-Qur’an al-Karim. Hal ini merupakan indikasi,
bahwa betapa belajar dan mencari ilmu itu sangat penting artinya bagi umat
manusia. Dengan belajar manusia dapat mengerti akan dirinya, lingkungannya dan
juga Tuhan-nya. Dengan belajar pula manusia mempu menciptakan kreasi unik dan
spektakuler yang berupa teknologi.
Belajar
dalam pandangan Islam memiliki arti yang sangat penting, sehingga hampir setiap
saat manusia tak pernah lepas dari aktivitas belajar. Keunggulan suatu umat
manusia atau bangsa juga akan sangat tergantung kepada seberapa banyak mereka
menggunakan rasio, anugerah Tuhan untuk belajar dan memahami ayat-ayat Allah
SWT. Hingga dalam al-Qur’an dinyatakan Tuhan akan mengangkat derajat orang yang
berilmu ke derajat yang luhur (lihat : Qs. Al- Mujadilah : 11).
Apalagi dalam konsep Islam terdapat
keyakinan yang menegaskan, bahwa belajar merupakan kewajiban dan berdosa
bagi yang meninggalkannya. Keyakinan demikan ini begitu membentuk dalam diri
umat yang beriman, sehingga mereka memiliki etos belajar yang tinggi dan
penuh semangat serta mengharapkan “janji luhur” Tuhan sebagaimana yang
difirmankan dalam ayat-Nya.
Bagaimanakah
belajar menurut tuntutan Islam? Bagaimana konsep dan landasannya? Tulisan
ini bermaksud menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Kemudian untuk memulai
pembahasannya, di tampilkan beberapa konsep dan teori-teori belajar menurut
konsep barat
Pengertian Belajar
Menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut
Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan
dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda
dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Bloom (1979),
bahwa belajar itu mencakup tiga ruang lingkup, yaitu cognitive domain
yang berkaitan dengan pengetahuan hapalan dan pengembangan intelektual, affective
domain, yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan
apresiasi dan penyesuaian, psychomotor domain, yang berkaitan dengan
prilaku yang menuntut koordinasi syaraf.
Dasar Belajar
dalam Islam
Sebagaimana
pandangan hidup yang dipegang-teguhi oleh Umat Islam adalah Al-Qur’an dan
Sunnah Rasul , maka sebagai dasar maupun filosofi bagi belajar adalah juga
diderivasi dari dua sumber tersebut, yang merupakan dasar dan sumber bagi
landasan berpijak yang amat fondamental. Al-Qur’an dan Al-Hadis penuh dengan
konsep dan tuntutan hidup manusia, begitu juga mengenai petunjuk ilmu
pengetahuan. Jika manusia mau menggali kandungan isi Al-Qur’an, maka banyak
diketemukan mengenai beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu (baik ilmu
pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam), Misalnya perhatikan surat Ali
Imran : 190-191. Disini dipaparkan tentang kreasi penciptaan alam oleh Allah
SWT. Yang harus direnungkan, demikian pula tentang kisah dan sejarah umat-umat
di masa lampau.
Sebagaimana dikatakan oleh Munawar Anis (1991), bahwa kata ilmu disebutkan
dalam Al-Qur’an mencapai 800 kali, yang berarti hanya berada di bawah konsep
tauhid tingkatan urgensinya. Belum lagi yang disebutkan dalam Al- Qur’an atau
Sunnah Rasul.
Seperti yang
dijelaskan di depan, bahwa menurut teori kependidikan yang berdasarkan
pandangan psikologi mekanistik, sejak John Lock pada abad 17 sampai aliran
Bahaviorisme dari J.B. Waston abad 20 terdapat pandangan, bahwa manusia dalam
batas-batas kemampuan fisiknya dapat dibentuk melalui cara-cara yang terbatas.
John lock berpendapat, bahwa jiwa itu bagaikan meja lilin (tabularasa) yang
bersih dari goresan. Pengalamanlah yang membentuk kepribadiannnya. Behaviorsme
juga berbuat sama, dengan konsep S – R bond-nya.
Jadi, dalam
kosepsi Islam, belajar itu diajarkan mengenai masalah pahala, dosa; sorga dan
neraka. Oleh sebab itu setiap perbuatan haruslah dapat dipertanggung jawabkan di
sisi Tuhan, sebagaimana firman-Nya :
“…. Ia mendapat
pahala ( dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa
(dari kejahatan) yang diperbuatnya pula ……..” (QS. Al- Baqarah :
286).
Daya pancar
dari sistem nilai yang menerangi moralitas manusia menurut pandangan Islam
adalah bersumber dari Allah yang digambarkan dalam surat Al-Maidah : 115-116:
“….Sesungguhnya
telah datang kepadamu dari Allah kitab yang menerangi”. Dengan kitab itulah
Allah menjuluki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya kejalan keselamatan,
dan, (dengan kitab-kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dengan
seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”.
“Dan
barang siapa beriman kepada Allah, Allah akan menunjuki hatinya”. (QS.
At-Taghabun : 11)
Beberapa keterangan
di atas semakin menunjukkan kejelasan kepada kita, bahwa konsep kependidikan
dan kejelasan kepada kita, bahwa konsep kependidikan dan belajar dalam Islam
sangat berbeda dengan konsep pendidikan dan belajar menurut teori-teori Barat
yang sekuler lebih bersifat profan dan antroposentrik. Sementara konsep Islam
sangat integral, disamping profan juga transendental dan teosentrik yang
menempatkan posisi manusia pada porsi yang balance, Rabbana atina
fiddunya hasanah wa fil akhirati hasanah waqina azabannar,
Berikut kami
sajikan dalil-dalil tentang belajar dari Al Qur’an dan hadist
A.
QS. Al ‘Alaq : 1 – 5
Ayat dan Terjemahnya
اقرأ باسم ربك الذي خلق (1) خلق الإنسان من علق
(2) اقرأ و ربك الأكرم (3) الذي علّم بالقلم (4) علّم الإنسان مالم يعلم (5)
(العلق : 1- 5)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang
menciptakan (1) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar manusia dengan perantaraan
kalam (4) Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5) (QS Al
‘Alaq :1-5)
Sesungguhnya
Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu bisa membaca, sekalipun sebelum
itu engkau tidak pernah belajar membaca. (Al Maraghi, 1987:346)
Kemudian Allah
menjelaskan proses kejadian makhluk melalui firman-Nya :
خلق الإنسان من علق (2)
Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan manusia,
sehingga menjadi makhluk-Nya yang paling mulia – Ia menciptakannya dari
segumpal darah (‘alaq). Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai
alam bumi,dan dengan ilmu pengetahuannya bisa mengolah bumi serta menguasai apa
yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Oleh sebab itu Zat Yang
Menciptakan Manusia, mampu menjadikan manusia yang sempurna, yaitu Nabi
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam – bisa membaca, sekalipun beliau
belum pernah belajar membaca.
Kesimpulan :
-- Sesungguhnya
Zat Yang Menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan
kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk bumi – mampu pula
menjadikan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bisa membaca,
sekalipun beliau tidak pernah belajar membaca dan menulis. (Al Maraghi,
1987:346)
اقرأ و ربك الأكرم (3)
-
)اقرأ(
Kerjakanlah apa
yang Aku perintahkan, yaitu membaca.
Perintah ini
diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap ke dalam jiwa, melainkan
setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulangnya perintah Ilahi
berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca. Dengan demikian maka
membaca itu merupakan bakat Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
Perhatikan firman Allah berikut ini,
سنقرئك فلاتنسى
Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu
(Muhammad) maka kamu tidak akan lupa. (QS Al A’la : 6)
Kemudian Allah
menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh Nabi Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa Sallam kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala Malaikat berkata
kepadanya, “Bacalah!” Kemudian Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Artinya, saya ini buta
huruf – tidak bisa membaca dan menulis – (Al Maraghi, 1987:347) Untuk itu Allah
berfirman :
)و ربك الأكرم(
Tuhanmu Maha
Pemurah kepada orang yang memohon pemberian-Nya. Bagi-Nya amat mudah
menganugerahkan kepandaian membaca kepadamu – berkat kemurahan-Nya.
Kemudian Allah
menambahkan ketentraman hati Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam
atas bakat yang baru ia miliki melalui firman-Nya :
الذي علّم بالقلم (4)
Yang menjadikan
pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya saling
berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang bicara. Qalam atau pena, adalah
benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian. Oleh sebab itu Zat Yang
Menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi – sesungguhnya tidak ada
kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dan memberi
penjelasan serta pengajaran. Apalagi engkau adalah manusia yang sempurna.
Disini Allah
menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah menciptakan manusia dari ‘alaq,
kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam. Demikian itu agar
manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang paling hina,
hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang
hakikat segala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai
manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang
paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling mulia. Demikian itu tentu
ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan
baik”. (Al Maraghi, 1987:347-348)
Kemudian Allah
menambahkan penjelasan-Nya dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya kepada manusia
melalui firman-Nya,
علّم الإنسان مالم يعلم (5)
Sesungguhnya
Zat Yang Memerintahkan Rasul-Nya membaca – Dialah Yang Mengajarkan berbagai
ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk
lainnya. Pada mulanya manusia itu bodoh – ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu
apakah mengherankan jika Ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan mengajarimu
berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat untuk
menerimanya?
Ayat ini
merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan membaca, menulis, dan ilmu
pengetahuan.
Dalam ayat ini
terkandung pula bukti yang menunjukkan bahwa Allah yang menciptakan manusia
dalam keadaan hidup dan berbicara dari sesuatu yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan padanya, tidak berbicara serta tidak ada rupa dan bentuknya secara
jelas. Kemudian Allah mengajari manusia ilmu yang paling utama, yaitu menulis
dan menganugerahkannya ilmu pengetahuan – sebelum itu ia tidak mengetahui apa
pun juga. Sungguh mengherankan kelalaianmu, wahai manusia! (Al Maraghi,
1987:348-349)
B.
QS. At Taubah : 122
Ayat dan Terjemahnya
وما كان المؤمنون لينفروا كآفة فلولا نفر من كل
فرقة منهم طآئفة ليتفقهوا في الدين و لينذروا قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون
(التوبة : 122)
Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin
itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap
golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS At Taubah :
122)
Ayat ini menerangkan kelengkapan dari
hukum-hukum yang menyangkut perjuangan. Yakni, hukum mencari ilmu dan mendalami
agama. Artinya, bahwa pendalaman ilmu agama itu merupakan cara berjuang dengan
menggunakan hujjah dan penyampaian bukti-bukti, dan juga merupakan rukun
terpenting dalam menyeru kepada iman dan menegakkan sendi-sendi islam. Karena
perjuangan yang menggunakan pedang itu sendiri tidak disyari’atkan kecuali
untuk menjadi benteng dan pagar dari dakwah tersebut, agar jangan dipermainkan
oleh tangan-tangan ceroboh dari orang-orang kafir dan munafik.
Mengapa tidak segolongan saja, atau sekelompok
kecil saja yang berangkat ke medan tempur dari tiap-tiap golongan besar kaum
mukmin, seperti penduduk suatu negeri atau suatu suku, dengan maksud supaya
orang-orang mukmin seluruhnya dapat mendalami agama mereka. Yaitu dengan cara
orang yang tidak berangkat dan tinggal di kota (Madinah), berusaha keras untuk
memahami agama, yang wahyu-Nya turun kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
Sallam hari demi hari, berupa ayat-ayat, maupun yang berupa hadits-hadits
dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang menerangkan ayat-ayat
tersebut, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dengan demikian, maka
diketahuilah hukum beserta hikmahnya, dan menjadi jelas hal yang masih mujmal
dengan adanya perbuatan Nabi tersebut. Disamping itu orang yang mendalami
agama, memberi peringatan kepada kaumnya yang pergi berperang menghadapi musuh,
apabila mereka telah kembali ke dalam kota. (Al Maraghi, 1987:85-86)
C.
QS. Al Muzammil : 20
Ayat dan Terjemahnya
إنّ ربك يعلم أنك تقوم أدنى من ثلثى اليل و نصفه
و ثلثه و طآئفة من الذين معك والله يقدر اليل و النهار علم أن لن تحصوه فتاب عليكم
فاقرءوا ما تيسّر من القرءان علم أن سيكون منكم مرضى و ءاخرون يضربون في الأرض
يبتغون من فضل الله وءاخرون يقتلون في سبيل الله فاقرءوا ما تيسّر منه و أقيموا
الصلوة و ءاتوا الزكوة و أقرضوا الله قرضا حسنا و ما تقدموا لأنفسكم من خير تجدوه
عند الله هو خيرا وأعظم أجرا واستغفروا الله إن الله غفور رحيم (المزمّل : 20)
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu
berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu.
Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu
sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al
Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan
orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang
kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan) nya di sisi Allah
sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah
ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS Al Muzammil : 20)
Allah memerintahkan beberapa hal kepada
Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wa Sallam :
1.
Agar
beliau qiyamul lail, sepertiga, setengah atau dua pertiga malam.
2.
Agar
beliau membaca Al Quran dengan pelan-pelan dan perlahan.
3.
Agar
beliau meringankan qiyamul lail sesudah ternyata kesulitannya bagi
sahabat-sahabatnya karena banyak alasan, dan agar beliau mencukupkan dengan
shalat malam yang difardhukan pum terdapat banyak manfaat bagi umat jika
disertai dengan penunaian zakat dan kekekalan istighfar. (Al Maraghi, 1987:200)
D.
QS. Muhammad : 24
Ayat dan Terjemahnya
أفلا يتدبّرون القرءان أم على قلوب أقفالهآ (محمد
: 24)
Maka apakah
mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS Muhammad
: 24)
Makna Tarbiyah dari Ayat
1.
Memperhatikan
nasihat-nasihat Allah yang Dia nasihatkan pada ayat-ayat kitab-Nya dan
memikirkan tentang hujjah-hujjah Allah yang telah Dia terangkan dalam
kitab-Nya..
2.
Memeriksa
nasihat-nasihat dan larangan-larangan yang terdapat dalam Al Quran, sehingga
manusia berhenti dari melakukan hal-hal yang menyebabkan kebinasaan.
اطْلُبُوْا
الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْد
“Carilah ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.”
مَنْ
أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan
dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan
berbahagia) di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa
yang menginginkan kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya
pula". (HR. Bukhari dan Muslim)
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى
سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya : ”Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia
berada di jalan Allah hingga ia pulang”. (HR. Turmudzi)
مٍطَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu
Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik).
من
سَلَكَ طَرْيقًا َيلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا ِإلىَ
اْلجَنَّةِ (رواه مسلم
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah
akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim)
مُجَالَسَةُ
الْعُلَمَاءِ عِبَادَةٌ . (الديلمى )
“Duduk bersama para Ulama adalah ibadah.” (HR. Al-Dailami)
إِذَا
مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا ، قَالُوْا : يَارَسُوْلَ اللَّهِ ،
وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ ؟ قَالَ : مَجَالِسُ الْعِلْمِ . (الطبرانى)
“Apabila kamu melewati taman-taman surga, minumlah hingga puas.
Para sahabat bertanya,”Ya Rasulullah, apa yang dimaksud taman-taman surga itu?”
Nabi SAW menjawab,”majelis-majelis ta’lim/ilmu.” (HR. Al-Thabrani)
إِنَّ
مِنْ إِجْلاَلِ اللَّهِ ، إِكْرِامَ الْعِلْمِ وَ الْعُلَمَاءِ ، وَذِى
الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ ، وَإِكْرَامَ حَمَلَةَ الْقُرْاَنِ وَ أَهْلِهِ ، وَ
إِكْرَامَ السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ . ( ابوداود والطوسى )
“Termasuk mengagungkan Allah ialah mengormati (memuliakan) ilmu,
para ulama, orang tua yang muslim dan para pengemban Al-Qur’an dan ahlinya,
serta penguasa yang adil (Abu Dawud, dan al-Thusiy)
مَنْ
يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, niscana akan
difahamkan tentang urusan agamanya.”
مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ
فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ
عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ
الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ
الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا
الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Barangsiapa menempuh suatu jalan dalam rangka mencari ilmu maka Allah akan tunjukkan baginya salah satu jalan dari jalan-jalan menuju ke surga. Sesungguhnya malaikat meletakan syap-sayap mereka sebagai bentuk keridhaan terhadap penuntut ilmu.Sesungguhnya semua yang ada di langit dan di bumi meminta ampun untuk seorang yang berilmu sampai ikan yang ada di air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan dengan ahli ibadah sebagaimana keutamaan bulan purnama terhadap semua bintang. Dan sesungguhnya para ulama’ adalah pewaris para Nabi, dan sesungguhnya mereka tidaklah mewariskan dinar maupun dirham, akan tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambil bagian ilmu maka sungguh dia telah mengambil bagian yang berharga.”
عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ النَِّبيُ صلى الله عليه
وسلم : لاَحَسَدَ إِلاَ فِي اثْنَتَيْنِ : رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ مَا لاً فَسُِّلطَ
عَلىَ هَلَكِتهِ فيِ الَحقّ ِ, وَ رَجُلٌ أَتَاهُ اللهُ الْحِكْمةَ فَهُوَ يَقْضِى
ِبهَا وَيُعَلِمُهَا (رواه البجاري)
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari)
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو
لَهُ
“Apabila manusia telah meninggal dunia maka terputuslah semua
amalannya kecuali tiga amalan : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak
shalih yang mendoakan dia.” [HR. Muslim]
خَيْرُكُمْ
مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Orang terbaik diantara kalian adalah orang yang mempelajari Al
Qur’an dan mengajarkannya.”
إِنَّ
مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ القِيَامَةِ عَالِمٌ لَمْ يَنْفَعْهُ
اللَّهُ بِعِلْمِهِ . ( البيهقي )
“Orang yang paling pedih
siksaannya pada hari kiamat ialah seorang alim yang Allah menjadikan ilmunya
tidak bermanfaat.” (al-Baihaqy)
تَنَاصَحُوْا
فِى الْعِلْمِ ، وَلاَ يَكْتُمْ بَعْضُكُمْ بَعْضُا ، فَإِنَّ خِيَانَةً فِى
الْعِلْمِ أَشَدُّ مِنْخِيَانَةٍ فِى الْمَالِ . ( ابو نعيم )
“Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling
merahasiannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat
hukumannya dari pada berkhianat dalam harta.” (Abu Nu’ai)
KISAH KEGIGIHAN SESEORANG DALAM MENUNTUT ILMU
UIN Malang
adalah sebuah Universitas yang mewajibkan seluruh mahasiswa barunya untuk
tinggal di mahad selama satu tahun, dan pada hari itu Rabu, 3 Juni 2015 , genap
satu tahun sudah perjalanan mahasiswa baru angkatan 2014 tinggal di Mahad UIN
Malang. Muwaddaah menjadi sebuah acara terakhir di mahad pada saat itu.
berbagai penampilan dari yang memukau hingga mengharukan sempurna dihadirkan
dalam acara tersebut.
Malam itu pukul
00.30 saat semua santri sudah merasa lelah dan kurang antusias terhadap acara.
ada seorang perempuan yang tiba-tiba maju kedepan, berdiri ditengah barisan
paduan suara yang baru saja menyanyikan lagu-lagu. nada suaranya datar, membuat
Santri awalnya sangat tidak antusias dan mengabaikannya, namun taukah setelah
seorang perempuan tersebut berdiri lama disana sambil berbagi kisahnya, seakan
suasana yang ada di gedung Sport Center kala itu berubah menjadi hening, haru,
dan terbius mendengar pengakuan dari perempuan tersebut. mungkin inilah cerita
yang bisa saya rangkum dengan bahasa saya sendiri.
Nama saya Sita, saya dari Pasuruhan.
saya sama seperti teman-teman, saya mahasiswi semester 2 yang juga tinggal di
mahad. namun bedanya, saya disini punya sebuah cerita yang mungkin tidak semua
teman-teman memiliki cerita seperti saya. Saya adalah seorang anak tunggal.
sejak kecil, orangtua saya telah bercerai, jadi saya belum pernah merasakan
kebahagiaan memiliki seorang ayah. saya tinggal, dirawat dan diasuh oleh ibu
saya kala itu. namun pada saat saya berada di kelas 1 SMA, Allah memanggil Ibu
saya terlebih dahulu, ibu saya meninggal karena penyakit leukimia. saat itu
kemudian saya tinggal bersama paman dan bibi saya. Saya adalah perempuan yang
punya mimpi yaitu ingin sekali kuliah. saat almarhum ibu saya belum meninggal,
beliau pernah berkata pada saya “Nduk, memang ibu ini hanya lulusan SD, tapi
ibu ingin sekali memiliki anak seorang sarjana” kata-kata itu yang membuat saya
terinspirasi untuk kuliah. tahun 2013 saya lulus SMA, jadi sebenarnya saya
lebih tua dari teman-teman. pada tahun itu saya mengutarakan keinginan kuliah
saya kepada paman dan bibi saya, namun mereka menolak dengan alasan tidak ada
biaya. saya akhirnya memendam keinginan tersebut selama satu tahun dengan
bekerja sambil membayangkan betapa enaknya teman2 yg bisa kuliah. saya pernah
kerja di pabrik mie, saya pernah kerja di toko baju, dll apapun saya kerjakan
demi menabung untuk kuliah.
Pada tahun 2014
saya kembali mengutarakan keinginan saya kepada paman dan bibi saya untuk
kuliah, namun mereka malah menanggapi dengan perkataan yang menyakiti hati saya
, “ jangankan biaya untuk kuliah, orang tua saja kamu tidak punya!” sambil
menangis saya menjawab “ijinkan saya kuliah, saya janji tidak akan merepotkan
paman dan bibi. “kamu itu cuman gadis desa, ndak usah bermimpi bisa kuliah”.
Namun pada saat itu tekat saya kuat, saya tetap ingin kuliah, akhirnya saya
membuat sebuah keputusan yang menentang paman dan bibi saya, saya memutuskan
untuk mendaftar kuliah. saat itu saya daftar tes SBMPTN di uin malang. saat itu
saya tidak mengikuti tutorial sbm apapun, saya hanya punya bekal satu buku yang
saya pelajari. saya juga bukan anak yang pintar teman2, saya merasa kesulitan
mengerjakan soal-soal sbm, tapi saya sangat ingin kuliah, akhirnya saat itu
saya punya satu doa dan janji “ya Allah jika Engkau mengizinkanku untuk kuliah,
aku berjanji akan menghafal Alquran”. dan akhirnya Alhamdulillah, doa saya
dikabulkan oleh Allah, saya diterima di jurusan Pendidikan Agama Islam UIN
Malang, saat itu UKT masuk nya adalah 2.165.500 rupiah, saat saya membuka tabungan
saya, ternyata tabungan saya hanya 2juta, saya sedih, saya harus mencari yang
165.500 kemana? kemudian saya mencari kerja serabutan lagi, dan Alhamdulillah
tepat pada hari akhir pembayaran, saya bisa membayar genap 2.165.500 rupiah.
Perjalanan saya
tidak sampai disitu teman-teman. sejak saya memutuskan untuk kuliah, paman dan
bibi saya sudah tidak mempedulikan saya lagi, jadi saya berusaha sendiri, saya
di mahad sering kehabisan uang teman2. saat saya kehabisan uang, saya pergi
kerumah nenek saya, disana nenek saya hanya berkata : “Nduk, ini ada 150.000
semoga ini cukup untuk satubulan. bayangkan teman2, 150 untuk satu bulan. saya
harus benar-benar menghemat, saya sering merasa lapar karena tidak makan,
terkadang saya tidak makan karena uangnya saya pakai untuk ngeprint tugas
besok. terkadang saya juga pinjam ke teman saya, saat sudah malu pinjam, saya
hanya bisa menahan lapar. saya hanya punya satu doa saat saya sudah merasa
tidak kuat “Ya allah jadikan semua ini baik-baik saja hingga saya lulus nanti”.
saya pernah jual hp saya , anting2 dari almarhum ibu saya, agar bisa balik ke
uin. saya juga sering jalan dari arjosari ke uin / uin ke arjosari. capek? iya,
lelah? iya tapi bagaimana, kalau tdk dengan itu, saya tdak bisa balik ke uin.
Alhamdulillah
semester satu berhasil saya jalani, saat semester dua melihat pengumuman, saya
mendapat UKT terendah yaitu 400.000 rupiah, tapi tetap saja, saya dapat dari
mana 400.000 itu, akhirnya saya beranikan diri berkata pada ibu dosen saya
kalau saya ingin cuti saja agar bisa bekerja dan mengumpulkan uang kembali.
namun ibu dosen saya menolak “kamu harus tetap lanjut kuliah” jadi saat itu,
yang membayarkan UKT semester 2 saya adalah ibu dosen saya. saya ingin meminta
maaf juga disini, jadi kemarin satu minggu penuh saya tidak ada dimahad, saya
tidak kuliah seminggu, saya tidak ppba seminggu, karena saya tidak ada uang
untuk balik ke uin. dirumah saya merawat bayi, dan upahnya saya gunakan untuk
balik ke uin, saya sempat ditegor dosen saya kenapa tidak kuliah, tp untung saya
masih bisa ikut ujian. kabar terakhir, paman bibi saya mengusir saya dari rumah
karena saya mempertahankan kuliah. saya sedih namun saya tidak putus asa, saya
disini masih punya 3 hal, “saya punya mahad tempat saya tinggal, saya punya uin
tempat saya belajar, dan saya punya mimpi saya”
Berakhir di
kata mimpi saya, para musyrifah dan murobbiyah naik keatas panggung, menangis
dan memeluk Sita. Semua yang ada dalam gedung malam itupun ikut menangis.
mungkin rasa empati dan penyesalan yg kemudian menyatu menjadi doa-doa yang
menguntai langit di 1/3 malam kamis 4 Juli 2015. Saya merasakan betapa haru
suasana malam itu, dan saya yakin telah ada beribu malaikat yg menjadi saksi
kejadian malam itu mengamini doa 3000 maha santri penuntut ilmu. Allahu Akbar,
semoga kisah ini dapat menjadi pelajaran bagi kita semua untuk mensyukuri apa
yang kita miliki sekarang, jangan pernah menyianyiakan orangtua yang masih kita
miliki, syukuri rezeki kita dari Allah dan jangan memubadzirkannya. karena “Innal
mubaddzirina kanuu ikhwanassyayathin” sesungguhnya mubadzir itu adalah
kawan syaitan. kisah Sita mengajarkan kita untuk lebih menghargai uang, dan
memaknai hidup. semoga kita bisa meraih kesuksesan kita, tanpa melupakan
rentangan tangan kita untuk membantu orang-orang yang kesusahan disekitar kita.
“Wallahu fi auni abdi makanal abdu fi auni akhihi “Allah akan selalu ada
untuk menolong hambanya, semala hamba tersebut menolong saudaranya” Wassalam
DAFTAR PUSTAKA
Al Maraghi. (1987). Terjemah Tafsir Al Maraghi
Jilid 11, 26, 29, dan 30. Semarang : CV Toha Putra
Ali Ahmad, dkk,
2014. Arrahman The Inspire Al Qur’anul Karim. Jakarta : CV. Al Qolam Publishing.
Winkel, WS,
Hastuti, Sri, MM. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.
Yogyakarta : Media Abadi
No comments:
Post a Comment